Tampilkan postingan dengan label BUDIDAYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BUDIDAYA. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 November 2012

BUDIDAYA BAYAM ORGANIK


SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Sejak tahun 1990, isu pertanian organik mulai berhembus keras di dunia. Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang memproduksi produk organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Di Indonesia telah beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras organik, kopi organik, teh organik dan beberapa produk lainnya. Demikian juga ada produk sayuran bebas pestisida seperti yang diproduksi oleh Kebun Percobaan Cangar FP Unibraw Malang. Walaupun demikian, produk organik yang beredar di pasar Indonesia sangat terbatas baik jumlah maupun ragamnya.

Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.

Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl dll) dan pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35 tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan pestisida, fungisida pada petani sudah merupakan hal yang sangat akrab dengan petani kita. Itulah yang digunakan untuk mengendalikan serangan sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari berbagai tanaman budidaya.

Alasan petani memilih pestisida sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, dan banyak tersedia di pasar. Bahkan selama enam dekade ini, pestisida telah dianggap sebagai penyelamat produksi tanaman selain kemajuan dalam bidang pemuliaan tanaman. Pestisida yang beredar di pasaran Indonesia umumnya adalah pestisida sintetik.

Sistem Pertanian Organik adalah sistem produksi holistic dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan (Deptan 2002).

Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah menerapkan sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang berkembang pesat sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.

Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterap kan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat (Koshino, 1993). Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih baik daripada yang menggunakan pertanian anorganik (Park 1993 dalam Prihandarini, 1997).

Selama ini limbah organik yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud.


TEKNIK BUDIDAYA ORGANIK BAYAM



Bayam

Amaranthus caudatus (Love-lies-bleeding, jenis Amaranthus yang lain.)
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Genus:
Amaranthus L.
Species
.
  • A. hybridus
  • A. tricolor
  • A. blitum
http://id.wikipedia.org/wiki/Bayam

Teknik Budidaya merupakan bagian dari kegiatan agribisnis harus berorientasi pada permintaan pasar. Paradigma agribisnis : bukan Bagaimana memasarkan produk yang dihasilkan, tapi Bagaimana menghasilkan produk yang dapat dipasarkan. Terkait dengan itu, teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul. Usaha budidaya organik tidak bisa dikelola asal - asalan, tetapi harus secara profesional. Ini berarti pengelola usaha ini harus mengenal betul apa yang dikerjakannya, mampu membaca situasi dan kondisi serta inovatif dan kreatif. Berkaitan dengan pasar (market), tentunya usaha agribisnis harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan berlanjut, agar produk yang telah dikenal pasar dapat menguasai dan mengatur pedagang perantara bahkan konsumen dan bukan sebaliknya.

Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterakan petani dan konsumen. Berbagai sayuran khususnya untuk dataran tinggi, yang sudah biasa dibudidayakan dengan sistem pertanian organik, diantaranya : Kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.), Brokoli (Brassica oleraceae var. italica Plenk.), Bunga kol (Brassica oleraceae var. brotritys.), Andewi (Chicorium endive), Lettuce (Lactuca sativa), Kentang (Solanum tuberosum L.), Wortel. (Daucus carota).

Sayuran ini, mengandung vitamin dan serat yang cukup tinggi disamping juga mengandung antioksidan yang dipercaya dapat menghambat sel kanker. Semua jenis tanaman ini ditanam secara terus menerus setiap minggu, namun ada juga beberapa jenis tanaman seperti kacang merah (Vigna sp.), kacang babi (Ficia faba), Sawi (Brassica sp) yang ditanam pada saat tertentu saja sekaligus dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pengalih hama. Ada juga tanaman lain yang ditanam untuk tanaman reppelent (penolak) karena aromanya misalnya Adas.

2.1. Sejarah Singkat Bayam (Amaranthus spp)
Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.

2.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar), Jawa Tengah (3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi lainnya berada pada kisaran luas panen antara 13.0 - 2.376 hektar. Di Indonesia total luas panen bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.

2.3. Jenis Tanaman
Keluarga Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies bayam (Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar dikenal 2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.) dan bayam berduri (A. spinosus L.). Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).

Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu:

a. Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri bayam cabut adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau  hijau keputih - putihan, dan memilki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan yang batangnya putih disebut bayam putih.
b. Bayam tahun, bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini adalah memiliki daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu:
1) hybridus caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau kemerah - merahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam rangkaian panjang terkumpul pada ujung batang.
2) hibridus paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau, rangkaian bunga panjang tersusun secara teratur dan besar - besar pada ketiak daun.
Varietas bayam unggul ada 7 macam yaitu; varietas Giri Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi, Skop, dan Hijau. Sedangkan beberapa varietas bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan Cempaka 20.
 Bayam cabutan

 Bayam Duri

 bayam merah

                                                               Bayam tahunan

2.4. Manfaat Tanaman
Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat.

Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam merah dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga bayam duri
berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik (kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat - obatan. Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada wanita yang sedang haid.

2.5. Syarat Pertumbuhan
a. Iklim
1) Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam yang sudah tinggi. Kencangnya angin dapat merobohkan tanaman.
2) Karena tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi maka curah hujannya juga termasuk tinggi sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari 1.500 mm / tahun.
3) Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam
4) Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16 - 20 derajat Celcius.
5) Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40 - 60%.

2.6. Media Tanam
a. Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman bayam adalah yang penting kandungan haranya terpenuhi.
b. Tanaman bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning - kuningan (klorosis). Sebaliknya pada pH di bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana akibat kekurangan beberapa unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6 - 7.
c. Tanaman bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Bayam yang kekurangan air akan terlihat layu dan terganggu pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau.
d. Kelerengan lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15 - 45 derajat.

2.7. Ketinggian Tempat
Dataran tinggi merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. Ketinggian tempat yang baik yaitu ±2000 m dpl.

2.8. Pembibitan
a. Persyaratan Benih
1) berasal dari induk yang sehat, dan 
2) bebas dari hama / penyakit,
3) daya kecambah 80 prosen, dan
4) memiliki kemurnian benih yang tinggi.
Disamping persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih / bibit yang digunakan kalau bisa merupakan benih unggul agar nantinya tahan terhadap hama dan penyakit.

b. Penyiapan Benih
Benih Bayam  sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5 - 10 kg, atau 0,5 - 1,0 gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa - sisa tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000 - 40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1 - 2 kg benih.


c. Teknik Penyemaian Benih
Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris - baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis.

d. Pemeliharaan Pembibitan / Penyemaian
Dalam pemeliharaan benih / bibit perlu dilakukan penyiraman dengan teratur dan hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang. Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama / penyakit maka perlu disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.

e. Pemindahan Bibit
Setelah bibit tumbuh berumur sekitar 7 - 14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1). Bibit dalam  pot disiram teratur dan setelah berumur sekitar 7 - 14 hari setelah dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.

2.9. Pengolahan Media Tanam

a. Persiapan
Sebelum pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah yang sesuai yaitu antara 6 - 7 sehingga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan ditanami dan akan melakukan sistem polikultur atau monokultur. Dan berapa banyak kebutuhan benih untuk dapat memenuhi produk bayam yang diinginkan.

b. Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami dicangkul / dibajak sedalam 30 - 40 cm, bongkah  tanah dipecah gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah matang benar.

c. Pembentukan Bedengan
Setelah tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. Dibuat parit antar bedengan selebar 20 - 30 cm, kedalaman 30 cm untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang - lubang tanam, jarak antar barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.

d. Pengapuran
Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya. Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian / ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730 - 4.493 kg / hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara pemberiannya, bahan - bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.

e. Pemupukan
Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1 - 2 kg per lubang tanam.

f. Pemberian Mulsa
Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam penanaman perlu dipasang palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan penggunaan plastik ini dapat mengurangi serangan hama dan penyakit termasuk gangguan gulma dan lainnya.

2.10. Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar berkisar antara 30.000 - 60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai jenis tanaman dengan pola mosaik (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam monokultur pada petak - petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara lain seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan lainnya.

b. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60 - 80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40 - 50 cm.

c. Cara Penanaman
Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur. Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah pada awal musim hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik karena benih diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.

2.11. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman
Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah penanaman di lapangan ada yang mati / terserang penyakit, maka perlu dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Caranya dengan mencabut dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah tanam.

b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput liar lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara 30 - 65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut dengan tangan. Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan tanah.

c. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

d. Perempalan
Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan tunas - tunas liar dan pemasangan ajir / turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar tidak rebah.

e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15 - 30 ton (http://Cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)
Karena bercocok tanam secara organik tidak menggunakan pupuk sintetis, sebagai gantinya mereka mengandalkan metode alami, seperti kompos dan mengganti tanaman jenis panen, seperti tanaman polong. Sayangnya, kompos tidak dapat mencukupi pengembalian nitrogen ke dalam tanah guna menumbuhkan sejumlah besar tanaman yang diperlukan untuk memberi makan pada ternak dunia.

Mengganti tanaman dengan jenis panen sebetulnya adalah sangat menjanjikan, namun banyak petani tidak mampu menanam tanaman yang mereka sendiri tidak mampu menjualnya. Meskipun beberapa jenis tanaman polong dapat dikonsumsi, namun jenis paling baik dalam memproduksi nitrogen justru dari jenis yang tidak bisa dimakan (http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/1913-beralih-ke-organik-sebanding-harganya)
Selain dengan pupuk organik padat kita juga bisa menambahkan pupuk cair organik dan MOL
f. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1 - 2 kali sehari, terutama di musim kemarau. Waktu yang paling baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata (http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html).

g. Waktu Penyemprotan Pestisida Nabati atau menggunakan agensi hayati
Jenis pestisida yang digunakan pada budidaya tanaman bayam secara organik adalah daun Mindi yang mengandung margosin, glikosdida flafonoid untuk mengendalikan ulat grayak dan kutu daun, Surian yang daun dan kulit batangnya berfungsi untuk mengendalikan hama ulat, tungau dan lain-lain. Sedangkan untuk mengendalikan penyakit bisa digunkan bunga Camomil (Chamaemelum spp). Pengaplikasian dengan menggunakan 60 cc untuk 1 lt air, disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya 1 minggu 1 kali .

Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer khusus organik. Cara penyemprotan yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang dan jangan menentang arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan pada saat akan hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang. Hal tersebut untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang menguntungkan.

2.12. Hama dan Penyakit
a. Hama
1) Serangga ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia)
Gejala: daun berlubang - lubang. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
2) Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
3) Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
4) Serangga lalat (Liriomyza sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.

b. Penyakit
1) Rebah kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi batang daun maupun batang daun. Pengendalian: Fungisida
2) Busuk basah
Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp. Gejala: adanya bercak - bercak putih. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.
3) Karat putih
Penyebab: cendawan Choanephora sp. Gejala: menginfeksi batang daun dan daunnya. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.

c. Gulma
Jenis gulma: rumput - rumputan, alang-alang. Ciri - ciri: tumbuh mengganggu tanaman budidaya. Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila liar. Pencegahan: herbisida.

2.13. Panen
a. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25 - 35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15 - 20 cm dan belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi.

b. Cara Panen
Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen bayam identik dengan penjarangan.

c. Periode Panen
Panen pertama dilakukan mulai umur 25 - 30 hari setelah tanam, kemudian panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur tersebut kualitasnya menurun atau rendah; daun - daunnya menjadi kasar dan tanaman telah berbunga.

d. Prakiraan Produksi
Produksi bayam per hektar dapat mencapai sekitar 22.630 kg.

e. Pascapanen
1) Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan setelah panen dengan cara meletakkan di suatu tempat yang teduh agar tidak terkena sinar matahari langsung, karena dapat membuat daun layu.

2) Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan bayam yang busuk dan rusak dengan bayam yang baik dan segar. Disamping itu juga penggolongan terhadap bayam yang daunnya besar dan yang daunnya kecil. Setelah itu diikat besar - besar maupun langsung degan ukuran ibu jari.

3) Penyimpanan
Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam dapat diperpanjang dari 12 jam tempat terbuka (suhu kamar) menjadi 12 - 14 hari dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 derajat C, misalnya dengan remukan es.

4) Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan (pewadahan) dalam telombong atau dedaunan yang digulungkan menyelimuti seluruh bagian bayam, sehingga terhindar dari pengaruh langsung sinar matahari. Pengangkutan ke pasar dengan cara dipikul maupun angkutan lainnya, seperti mobil atau gerobak.

5) Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang maupun pancuran.

6) Penanganan Lain
Bayam dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Sewaktu memasak bayam ialah tidak boleh terlalu lama. Bayam cukup hanya direbus selama ± 5 menit. Memasak bayam terlalu lama akan menyebabkan daun-daunnya menjadi hancur (lonyoh), rasanya tidak enak, dan kandungan vitamin C nya menghilang (menguap)
(http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)

http://hirupbagja.blogspot.com/2009/08/budidaya-sayuran-organik.html

 CATATAN : JIKA KITA AKAN MELAKUKAN PENJUALAN DENGAN LABEL ORGANIK, MAKA KITA HARUS MELALUI SERTIFIKASI ORGANIK OLEH LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK YANG BERWENANG.

Sabtu, 10 Desember 2011

BUDIDAYA SEMANGKA


BUDIDAYA SEMANGKA
Citrullus lanatus
            Semangka atau tembikai (Citrullus lanatus, suku ketimun-ketimunan atau Cucurbitaceae) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan melon (Cucumis melo) dan ketimun (Cucumis sativus). Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya (kotiledon) sebagai kuaci.
Sebagaimana anggota suku ketimun-ketimunan lainnya, habitus tanaman ini merambat namun ia tidak dapat membentuk akar adventif dan tidak dapat memanjat. Jangkauan rambatan dapat mencapai belasan meter.
              Daunnya berlekuk-lekuk di tepinya. Bunganya sempurna, berwarna kuning, kecil (diameter 3cm). Semangka adalah andromonoecious monoklin, yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu tumbuhan: bunga jantan, yang hanya memiliki benang sari (stamen), dan bunga banci/hermafrodit, yang memiliki benang sari dan putik (pistillum). Bunga banci dapat dikenali dari adanya bakal buah (ovarium) di bagian pangkal bunga berupa pembesaran berbentuk oval.

             Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua. Tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair berwarna merah atau kuning.Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah.


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan
Divisi   
Kelas      
Ordo      
Famili    
Genus    
Spesies  
Nama binomial
Citrullus lanatus
(Thunb.) Matsum. & Nakai

: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Cucurbitales
: Cucurbitaceae
: Citrullus
: C. lanatus

I.              SEJARAH SEMANGKA SAMPAI SAAT INI
Semangka acapkali dianggap masih satu genus dengan melon, hingga disebut watermelon. Padahal meskipun masih satu famili Cucurbitaceae, semangka, melon dan pare (peria) berlainan genus. Semangka (Citrullus lanatus, sinonim Citrullus vulgaris) adalah genus Citrullus, melon (Cucumis melo) genus Cucumis dan pare (Momordica charantia) masuk genus Momordica. Yang masih satu genus dengan melon, adalah mentimun (Cucumis sativus). 
Semangka merupakan buah asli gurun Kalahari, Afrika Selatan. David Livingstone, seorang Missonaris Scottlandia (1873 – 1973), ketika menjelajahi benua Afrika menemukan buah semangka melimpah-ruah, karena tumbuh di mana-mana. Hingga ia yakin buah itu asli dari gurun Kalahari. Belakangan di sana memang diketemukan spesies liar semangka yang disebut Tsamma melon (Citrullus lanatus var citroides). Meskipun sampai sekarang tetap tidak diketahui, kapan budidaya semangka pertamakali dilakukan umat manusia.

Laporan tertulis yang sampai sekarang diketahui, pertamakali panen melon dilakukan di Mesir sekitar 3.000 tahun SM. Laporan ini tertulis dalam huruf hieroglyphs. Menurut laporan itu, semangka merupakan buah yang wajib disertakan dalam makam para Fira’un, sebagai bekal perjalanan sesudah kematian. Sekitar abad XI, semangka sudah dibudidayakan di daratan China. Hingga sekarang, RRC merupakan penghasil semangka terbesar di dunia.  Pada abad 13, bangsa Moor yang menyerbu Spanyol, mengintroduksi semangka ke daratan Eropa. Namun baru pada tahun 1615, semangka tercatat sebagai entri dalam kamus di Inggris. Padahal, pada tahun 1.500an, buah ini sudah masuk ke Amerika Utara. Para penjelajah pertama berkebangsaan Perancis, pada tahun 1.500an itu sudah menemukan, masyarakat Indian membudidayakan semangka di lembah sungai Mississippi.
Ada dugaan, para budak yang didatangkan dari benua Afrika, ketika itu membawa serta buah semangka, hingga secara tidak sengaja bijinya tersebar ke benua baru itu. Kemudian para tuan tanah dan pemerintah kolonial, ikut menyebarkan semangka ke berbagai kawasan di Amerika Utara. Misalnya ke Florida (1664), Colorado (1799), negara bagian di kawasan barat (1673, Connecticut (1747) dan Illiana (1622). Hingga sekarang kawasan Georgia, Florida, Texas, California dan Arizona di AS, merupakan penghasil semangka yang termasuk terbesar di dunia. Meskipun total produksi semangka AS, masih jauh di bawah RRC. Di Eropa dan AS inilah berbagai varietas semangka diciptakan. Puncaknya ketika Dr. Kihara dari Jepang menemukan teknologi membuat semangka tak berbiji. Teknologi ini mulai diperkenalkan dalam Third International Genetics Congress, di Stockholm, Swedia tahun 1948.

Tahun 1950an, Dr. Eigsti mengembangkan semangka tetraploid hibrida pertama. Teknologi ini terus dikembangkan sampai dengan meningalnya Dr. Kihara pada tahun 1986. Prinsip penciptaan semangka tak berbiji adalah, dengan meneteskan colchicine, zat alkaloid yang diekstrak dari tanaman bakung (genus Colchicum), pada tunas kecambah semangka biasa. Kecambah semangka biasa yang berkromosom 22 (semangka diploid = 2N), setelah tunas pucuknya ditetesi colchicine, akan bermutasi menjadi berkromosom 44 (semangka tetraploid = 4N). Ketika semangka tetraploid ini disilangkan dengan semangka diploid, hasilnya ada tiga jenis semangka, yakni 2N, 3N dan 4N. Semangka 3N (triploid) yang berkromosom 33, apabila ditanam akan menghasilkan semangka tanpa biji (seedless). Meskipun untuk membentuk buah, semangka 3N ini harus diserbuki oleh semangka 2N.
 
Sejak Dr. Eigsti, menciptakan hibrida semangka tetraploid pada  tahun 1950an, penggunaan colchicine menjadi tidak diperlukan lagi. Bahkan di Jepang juga sudah mulai dicoba pengembangan semangka 3N dengan benih vegetatif dari stek pucuk. Namun pada umumnya, produksi semangka tanpa biji dilakukan dengan menanam dalam satu petak lahan secara bersamaan, semangka 3N dan sekaligus semangka 2N sebagai polinator (penyerbuk). Hingga sebenarnya, benih semangka tanpa biji yang dijual di pasaran, terdiri dari biji semangka 3N dan sekaligus semangka 2N. Semangka 3Nnya berbunga jantan mandul, sementara semangka 2Nnya hanya akan menghasilkan bunga jantan. Hingga dalam satu areal penanaman semangka tanpa biji, hanya akan dihasilkan buah seedless.  Meskipun yang disebut sebagai semangka tanpa biji, sebenarnya tetap ada bijinya. Namun biji ini tidak pernah berkembang sempurna, hingga hanya membentuk butiran kecil-kecil berwarna putih pada daging buah.
            Meskipun penghasil semangka terbesar di dunia adalah RRC, namun  tampaknya yang benar-benar tertarik untuk mengotak-atik buah ini hanya para peneliti Jepang. Pada tahun 1990an, Zentsuji, seorang petani semangka di  Negeri Matahari Terbit ini, melakukan eksperimen membuat semangka kotak. Sebab semangka bulat, akan boros tempat ketika diangkut dan disimpan dalam cold storage. Dengan bentuk kotak (kubus), buah semangka menjadi ringkas dalam bobil boks dan cold storage. Tetapi semangka kotak tidak mungkin diperoleh melalui rekayasa genetika seperti halnya menciptakan semangka tanpa biji. Maka Zentsuji pun “memasung” tiap buah semangka di ladangnya dengan kotak kaca. Sejak masih pentil. Karena terdesak kotak kaca, maka pertumbuhan tidak menjadi bulat melainkan kubus.
 

(http://foragri.wordpress.com/2011/04/20/budidaya-semangka-tanpa-biji/)
  
II.            KANDUNGAN GIZI
Buah semangka adalah merupakan buah segar yang sangat digemari oleh semua golongan umur (orang dewasa / anak-anak) yang dapat dimakan langsung (sering juga disebut buah meja).

KANDUNGAN GIZI
NO
Kandungan Gizi
Nilai Satuan
1
2
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin C
Niacin
Serat
Air
28,00 Kal
0,10 g
0,20 g
7,20 g
6,00 mg
7,00 mg
0,20 mg
50,20 Si
0,02 mg
0,03 mg
7,00 mg
0,20 g
0,50 g
92,10 g

Sumber : Wirakusumah (1994)

III.           JENIS VARIETAS
NO


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Keterangan


Tipe Pertumbuhan
Panjang Tanaman (cm)
Adaptasi (m dpl)
Bentuh Buah
Warna Buah Muda Warna Daging Buah
Ukuran Buah (p x d) cm
Berat Buah (kg)
Potensi Hasil (ton/ha)
Umur Masak (hst)
Jarak Tanam (cm)
Populasi (tan/ha)
Kebutuhan benih/ha (gr)
VARIETAS
Toto
Setabindo
Classic
Orbit
Menjalar
550
0 – 600
Bulat
Hijau terang bergaris
Kuning
22 x 22
5 – 7
30
65 – 70
70 x 300
4.000
250
Menjalar
520
0 – 600
Bulat
Hijau bergaris
Merah
24 x 22
5 – 8
30
65 – 70
70 x 300
4.000
250
Menjalar
600
0 – 1.000
Bulat
Hijau bergaris
Merah
24 x 23
5 – 8
30
65 – 70
70 x 300
4.000
250
Menjalar
600
0 – 1.000
Bulat
Hijau bergaris
Merah
24 x 23
5 – 8
30
65 – 70
70 x 300
4.000
250
(RESTSINDO  Budidaya Semangka ( Citrullus lanatus ).htm)

Di Indonesia dikenal dua jenis semangka, yaitu semangka lokal dan semangka introduksi atau semangka hibrida. Berdasarkan bijinya, ada semangka berbiji dan semangka non biji.
 
1           Semangka Lokal
a.        Semangka Sengkaling
              Berasal dari daerah Sengkaling, Malang, Jawa Timur. Berbentuk oval dan memiliki garis tipis memanjang berwarna hijau tua. Daging buah semangka ini berwarna merah cerah, rasanya manis, dan berbiji banyak. Sengkaling merupakan semangka open polineted (semangka yang tidak berubah kualitasnya bila bijinya ditanam kembali).
 
b.        Semangka Bojonegoro
Berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur. Kulit buah berwarna hijau tua dan bergaris, berdaging merah jingga, rasanya kurang manis. Biji semangka ini banyak, berkulit tipis, dan berdaging tebal, sehingga banyak digunakan untuk pembuatan kuaci.
 
2           Semangka Hibrida
a.        Sweet Beauty
Salah satu semangka unggulan Know You Seed. Beratnya 3-4 kg. Kulitnya berwarna hijau muda, dengan belang hijau tua yang memanjang dari pangkal hingga ujung buah.  Kulit buah semangka ini tebal, sehingga tahan dalam pengangkutan dan penyimpanan. Daging buah berwarna merah, dengan kandungan gula 12-14%. Semangka Sweet Beauty dipanen pada umur 80-85 hari sejak ditanam di lahan.
 
b.        Golden Crown
Diproduksi oleh Know You Seed. Berbentuk bulat memanjang, kulitnya berwarna kuning cerah dan daging buah berwarna merah, dengan kandungan gula sekitar 12%, dan berbiji kecil.
 
c.        New Dragon
Semangka New Dragon berasal dari Taiwan. Semangka dengan bentuk bulat memanjang ini memiliki ukuran yang besar. Beratnya bisa mencapai 9 kg. Kulit buah tebal dan tahan kerusakan. Daging buahnya renyah, berair banyak dan rasanya sangat manis. Varietas ini mudah beradaptasi dengan berbagai jenis tanah dan tahan terhadap serangan CMV (cucumber mosaic virus).
 
d.        Farmer Giant
Sesuai namanya, ukuran semangka ini besar sampai mencapai 12 kg. Kulit buah tebal dan keras. Daging buah merah menyala, manis, tekstur renyah. Farmer Giant relatif tahan terhadap CMV.
 
e.        Yellow Baby
Semangka ini berbentuk oval dan memiliki diameter buah sekitar 15 cm dan berat sekitar 4 kg. Kulit buah berwarna hijau muda menyala dengan corak memanjang berwarna hijau gelap. Sesuai warnanya, daging buah semangka ini berwarna kuning. Rasanya sangat manis dan renyah.
 
f.         Quality
Quality merupakan salah satu semangka unggul tanpa biji. Beratnya mencapai 7,5 kg. Semangka ini berbentuk bulat, warna kulit hijau agak kebiruan dengan corak berwarna hijau tua. Daging buahnya berwarna merah, rasanya sangat manis dan renyah. Kulit buah semangka Quality tebal sehingga memungkinkan untuk tahan pengiriman jarak jauh dan penyimpanan.

Beberapa jenis varietas semangka


 





sugar belle
pure gold
golden dragon
 



rocket tall
 



black 034
 



 fou nan
 



big boy
 



green gold
 



dragon skin
 



baby dragon
 



golden tiger
 



crimson omega
 



 sweet baby
 



 anam 2000
 



 dragon giant 145
 


 typon

 


uranus

 



 blac roket
 


 sugar baby

 



yellow siren
  



black dargon

 


 new dragon skin

 



long dragon


.          IV.       EKOLOGI (IKLIM DAN TANAH)
 
1           Ketinggian Tempat Tanam
Ketinggian 100-400 meter di atas permukaan laut (dpl) cocok untuk menanam tanaman semangka. Namun, saat ini sudah ada beberapa varietas semangka yang cocok ditanam di dataran tinggi hingga 900 meter dpl.
 
2           Keadaan Tanah
Semangka sebaiknya ditanam di lahan bertekstur remah atau gembur, subur dan banyak mengandung unsur hara. Semangka membutuhkan tanah dengan keasaman (pH) berkisar 5-7. Penetralan tanah dilakukan dengan pengapuran.
 
3           Sinar Matahari
Tanaman semangka membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhannya. Lahan penanaman sebaiknya tidak tertutupi naungan atau tanaman lain yang dapat menghalangi pancaran sinar matahari.
 
4           Suhu
Suhu ideal untuk pertumbuhan semangka, baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif adalah 24-30oC. Perbedaan suhu ekstrim antara siang dan malam dapat mengganggu pertumbuhan semangka.
 
5           Curah Hujan
Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan semangka berkisar antara 40-50 mm per bulan. Curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan serangan berbagai penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun cendawan.


Butuh iklim hangat, dan untuk pertumbuhannya membutuhkan lebih banyak panas daripada tanaman hortikultura lainnya.
Suhu perkecambahan 25 - 30 °C untuk yang berbiji, sedang non biji 28 - 30 °C. Suhu pertumbuhan 20 - 25 °C, untuk pembuangaan dan penyerbukan 25°C. Untuk pengisian dan pemasakan buah 30°C.
Butuh cuaca kering dan cukup sinar matahari. Perakarannya dalam sehingga tahan kering, sebaliknya tidak tanah keadaan basah. Hujan terus menerus atau cuaca berawan terus menyebabkan tanaman kerdil, jumlah bunga dan buah berkurang.
Tumbuh baik di tanah berpasir atau geluh pasiran dengan pengatusan yang baik. Tidak baik ditanam terus menerus pada tanah yang sama. Bekas tanaman padi, jagung atau tebu adalah yang paling baik untuk semangka. PH tanah 6 -7 (netral). 

IV.          PERSIAPAN LAHAN DAN TANAM

PENGOLAHAN TANAH  
Pengolahan tanah dapat dilakukan hanya pada tempat yang akan ditanami selebar ± 1m. Untuk tanah yang tidak berpasir harus diolah sampai menjadi remah (gembur), kemudian dibentuk bedengan penanaman (lihat bentuk bedengan dan sistim tanam). Setelah bedengan penanaman jadi, selanjutnya dapat disebari dulu dengan pupuk kandang secara rata. Kalau menggunakan sistim koakan, pupuk kandang dapat diberikan pada koakan-koakan. Untuk keperluan 1 tanaman pupuk kandangnya 3 kg     
   
Catatan :  
Bila menanam pada musim hujan, maka jarak tanam maupun tinggi bedengan harus diambil yang paling besar. Terutama untuk tanah yang tak berpasir. Jarak antar tanaman minimal 100 cm, dengan lebar bedengan 3 m (tanam tunggal) dan 6-7 m (tanam ganda) dengan tinggi bedengan minimal 50 cm.  


PEMBIBITAN SEMANGKA 
Penyiapan Media Semai 
- Pupuk Kandang sebanyak 25-50 kg dicampur dengan tanah untuk lahan 1000 m2. Diamkan + 1 minggu di tempat teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik). 
- Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1 ember, TSP (± 50 gr) . 
- Masukkan media semai ke dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga 90%. 

Teknik Perkecambahan Benih Semangka 
Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam ramuan : 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 sendok POC NASA (direndam 8-12 jam). Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam 1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil untuk disemaikan dan jika kering tambah air dan dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi. Berikut adalah gambar bibit semangka yang baru ditanam.

Semai Benih Dan Pemeliharaan Bibit 
- Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5 cm. 
- Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh. Diberi perlindungan plastik transparan, salah satu ujung/pinggirnya terbuka. 
- Penyiraman 1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari bibit siap ditanam. 


PENGOLAHAN MEDIA TANAM
Pembukaan Lahan 
Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan. Bersihkan lahan dari sisa-sisa perakaran dan batu. Pembentukan Bedengan Lebar bedengan untuk menanam semangka adalah 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20 cm.

Pengapuran Penggunaan 
kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg. 



  
PINDAH TANAM    
Setelah keluar 2-3 daun (dipersemaikan ± 12-14 hari) bibit telah siap dipindah ke lapang. Waktu pemindahan yang terbaik adalah sore hari dan plastik polybag harus dibuang (jangan ikut ditanam). 

JARAK TANAM  
Sistem Tunggal : 
Sistem Ganda : 
90-100 cm x 300 cm
90-100 cm x 6-7 m
(2 baris tanaman) 
             
Pembuatan Lubang Tanaman Semangka 
Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 90-100 cm. Waktu. Berikut gambar semangka yang sudah selesai ditanam.
Penanaman Semangka 
Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga cukup basah




PEMUPUKAN
Penanaman dengan menggunakan plastik hitam perak  
Bila memakai mulsa plastik hitam perak, pupuk dapat diberikan secara total (sekaligus) sebelum pindah tanam.  

Caranya :  
Setelah bedengan betul-betul siap dan telah disebari pupuk kandang, maka bedengan dapat diairi (sebaiknya dileb), tapi jangan terlalu basah. Selanjutnya pupuk buatan (jenis dan dosis lihat tabel) disebar secara rata pada bedengan kemudian diaduk rata. Setelah itu bedengan dibentuk semulus mungkin agar plastik dapat menempel secara sempurna pada bedengan, selanjutnya bedengan ditutup dengan plastik hitam-perak. Warna hitam menghadap ke bawah sedang warna peraknya menghadap ke atas. Untuk mendapatkan hasil yang baik, plastik dipasang pada waktu mendapatkan sinar matahari secara penuh (09.00 - 14.00) dan plastik ditarik sampai benar-benar rapat.  

Dosis pemupukan dengan mulsa plastik hitam perak (gr/tanaman)     
Semangka Berbiji: 
Semangka Non Biji: 

Pupuk kandang 3000 gr
ZA 130 gr
Urea 60 gr
TSP 80 gr
KCl 100 gr
Total pupuk buatannya 370 gr/tan 

Pupuk kandang 3000 gr
ZA 130 gr
Urea 60 gr
TSP 40 gr
KCl 130 gr
Total pupuk buatannya 360 gr/tan 
 

Catatan :  
•Pupuk kandang yang digunakan harus sudah matang (jadi), sebab kalau masih mentah tanaman akan kerdil atau bahkan layu. 
•Pemupukan di atas adalah untuk tanah berpasir, maka bila digunakan pada tanah jenis lain (agak liat) pupuk dapat diberikan 80-90% dari dosis tersebut. 


Semangka berbiji :
  
Pupuk kandang diberikan sekali sebagai pupuk dasar. Per tanaman 3 kg.  
Dasar : ZA = 30 TSP = 45 : KCl = 40 : Urea = 15 Total = 130 gr  
Sus I : ZA = 10 TSP = 10 : KCl = 10 : Urea =  5 Total = 35 gr  
Sus II : ZA = 50 TSP = 25 : KCl = 35 : Urea = 25 Total = 135 gr  
Sus III : ZA = 65 TSP = - : KCl = 15 : Urea = - Total = 80 gr  
Sus IV : ZA = 15 TSP = - : KCl = - : Urea = - Total = 15 gr  
Total : ZA = 170 TSP = 80 : KCl = 100 : Urea = 45 Total = 395 gr(gr/tan)  

Semangka non biji :  
Pupuk kandang diberikan sekali sebagai pupuk dasar. Per tanaman 3 kg.  
Dasar : ZA = 30 TSP = 25 : KCl = 40 : Urea = 15 Total = 110 gr  
Sus I : ZA = 10 TSP = - : KCl = 10 : Urea =  5 Total = 25 gr  
Sus II : ZA = 50 TSP = 15 : KCl = 35 : Urea = 25 Total = 125 gr  
Sus III : ZA = 65 TSP = - : KCl = 25 : Urea = - Total = 90 gr  
Sus IV : ZA = 15 TSP = - : KCl = 20 : Urea = - Total = 35 gr  
Total : ZA = 170 TSP = 40 : KCl = 130 : Urea = 45 Total = 385 gr/tan  
(gr/tan)  
Waktu pemupukan :  
Pupuk dasar 3 hari sebelum tanam, diaduk rata pada bedengan penanaman, kalau sistim koak diaduk sampai rata pada koakan.  
Susulan I 7-10 hari setelah pindah tanam diberikan di sisi kiri dan kanan tanaman atau sekitar tanaman (setengah lingkaran) dengan jarak ± 10-15 cm dari pangkal batang  
Susulan II 14 hari setelah pupuk susulan I. Diberikan pada bagian depan dari tanaman (arah menjalarnya tanaman) Jarak ± 20 cm.  
Susulan III 14 hari setelah pupuk susulan II, diberikan di belakang tanaman (dekat selokan) Jarak ± 20 cm.  
Susulan IV 10-14 hari setelah pupuk susulan III. Diberikan di sekitar tanaman. Jarak ± 20 cm.  
Catatan :  
Waktu pemberian pupuk sebaiknya setelah melakukan pengairan. Jadi ketika keadaan tanah masih agak basah dan setelah melakukan pemupukan, selanjutnya pupuk ditutup lagi dengan tanah.  
Pemupukan di atas adalah untuk tanah berpasir, maka bila digunakan pada tanah jenis lain (agak liat) pupuk dapat diberikan 80-90% dari dosis tersebut.  

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PLASTIK HITAM-PERAK
  

Pemberian pupuk dapat dilakukan secara total (sekali pupuk). 
Warna hitam pada plastik dapat menimbulkan kesan gelap, sehingga rumput-rumput pengganggu dapat ditekan pertumbuhannya, sedang warna perak dapat memantulkan sinar matahari sehingga dapat mengurangi hama Aphids, Trips, Tungau. Dengan demikian akan mengurangi juga serangan Virus. 
Menjaga tanah tetap gembur, merangsang pertumbuhan akar, dapat dipanen lebih awal. 
Menjaga suhu tanah, sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. 
Menjaga kelembaban tanah (waktu hujan dapat menahan agar tanah tidak terlalu basah, bila musim kering dapat menahan penguapan air sehingga penyiraman tak terlalu sering). 
Untuk tanaman yang berumur pendek seperti semangka ini, mulsa plastik hitam perak dapat digunakan 2 kali masa tanam. 

Pemupukan bila tanam tanpa mulsa plastik hitam-perak :  
Pemupukan dilakukan 5 kali  

PEMELIHARAAN
   
Penyulaman Semangka 
Sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam.

Mendangir  
Bila tidak memakai mulsa plastik Hitam-Perak, maka pendangiran harus dilakukan untuk membuang rumput pengganggu disekitar tanaman.  

Pemberian seresah  
Diberikan pada tempat dimana buah, batang dan ranting semangka berada. Ranting yang sudah disulurkan harus dialasi dengan jerami, demikian juga pada buahnya juga harus dialasi dengan jerami. Semakin tebal seresah semakin bagus. Waktu mulai memberi seresah paling lambat ketika panjang tanaman ± 50 cm.  

Pengairan dan Pengatusan  
Kelembaban tanah harus diperhatikan selama pertumbuhan awal guna mendapatkan tanaman yang baik. Bila bunga betina telah keluar, dianjurkan untuk mengurangi pengairan guna memperbaiki pembentukan buah. Bila buah mulai berkembang, pengairan perlu ditambah untuk mendapatkan buah dengan ukuran yang optimal. Dan selama pemasakan buah yaitu setelah buah mencapai ukuran maksimum pengairan dikurangi untuk mendapatkan kadar gula yang baik.  

Penyerbukan  
Penyerbukan dapat dibantu oleh serangga, tapi bila menanam semangka non biji harus dibantu oleh manusia supaya hasilnya lebih sempurna. Waktu penyerbukan adalah pagi hari. Semakin pagi semakin bagus (asal bunga betina semangka non biji yang akan diserbuki sudah mekar). Yang perlu diperhatikan serbuk sari semangka non biji steril (mandul) sehingga harus dilakukan penyerbukan silang dengan semangka biasa (berbiji) agar dapat membentuk buah. Karena itu bila menanam semangka non biji, maka harus pula menanam semangka berbiji, dengan perbandingan 1:10, artinya untuk 1 tanaman semangka berbiji sebagai penyerbuk untuk 10 tanaman semangka non biji.  

Cara menyerbuki semangka non biji :  
Ambil bunga jantan dari semangka berbiji, lalu diserbukkan pada bunga betina semangka non biji yang sudah mekar. Penyerbukan harus merata agar buah yang dihasilkan bagus bentuknya.        

Membuang ranting  
Bila semangka tumbuh normal (tidak terlalu subur), kita boleh memelihara 3 cabang tanpa melakukan pemotongan ranting sekunder, tapi kalau ranting semangka tumbuh terlalu subur ada gejala tumbuh memanjang, maka ujung cabang sekunder dipangkas dan ditinggalkan 2 daun. Sedang pada ruas yang ada buahnya dan ditumbuhi cabang sekunder, maka cabang tersebut harus secepatnya dibuang.  

Perempelan buah  
Buah  yang ada di dekat pangkal batang harus dibuang. Buah yang dijadikan paling baik ± 1 m dari pangkal batang (di atas daun ke-13). Untuk 1 tanaman dipelihara 1-2 buah saja (untuk jenis besar). Untuk jenis kecil 3-4 buah.  

Pemeliharaan Lain 
Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman, bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidakmerataan terkena sinar matahari. 


PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
 
1           Hama
 
a.        Kutu Putih
Hama kutu putih (Pseudococcus sp.) berbentuk bulat, berwarna kehijauan dan tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin berwarna agak keputihan. Kutu putih menyerang tanaman semangka dengan cara mengisap cairan daun. Kotorannya yang manis dapat mendatangkan semut. Serangan kutu putih dapat membuat daun menjadi keriting dan merana. Bunga dan buah dapat menjadi rontok. Kutu putih juga menjadi penyebar penyakit embun jelaga. Untuk memberantas kutu putih harus dilakukan juga pemberantasan semut yang menjadi alat penyebarannya. Pemberantasan dilakukan menggunakan insektisida dan akarisida.
 
b.        Thrips (Thrips parvispinus)
Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak keperakan pada daun semangka. Daun yang terserang menjadi keriting karena cairannya diisap. Thrips dapat menjadi vektor berbagai virus, seperti TMV dan PMV. Perkembangbiakan Thrips secara aseksual (tak kawin) sehingga penyebarannya sangat cepat.
 
c.        Ulat Daun ((Ulat Grayak (Spodoptera sp) dan Ulat Jengkal (Plusia sp))
Serangan ulat membuat daun semangka berlubang atau bahkan hanya tersisa tulang daunnya. Hal ini menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman akibat fotosintesis terhambat.
Pengendalian secara mekanis dengan mengambil ulat satu per satu, atau dengan cara kimiawi menggunakan insektisida. Dapat juga dengan cara menjaga sanitasi kebun dan menggunakan perangkap ulat.
 
d.        Kutu Daun (Myzus percicae)
Kutu daun menyerang tanaman semangka dengan cara menghisap cairan daun, menyebabkan daun menjadi keriput, kekuningan, dan terlilit. Tanaman yang terserang menjadi kerdil. Kutu daun menyebarkan penyakit tungau, embun jelaga, virus dan mendatangkan semut. Pengendalian dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida berbahan aktif imidalkloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian.
 
e.        Semut dan Belalang
Semut dan belalang biasanya menyerang bibit tanaman semangka di persemaian. Kedua jenis hama ini memakan bibit hingga rusak dan tidak dapat ditanam kembali atau hingga bibit mati. Serangan semut dan belalang bisa ditanggulangi dengan menggunakan insektisida racun kontak atau perut atau dengan menyebarkan insektisida berbahan aktif karbofuran seperti Furadan 3G, Petrofur, dan Curater di media persemaian.
 
2           Penyakit
 
a.        Layu Fusarium
Cendawan Fusarium menyukai daerah lembab dan sering menyerang saat musim hujan. Penyakit ini menyerang mulai daerah dengan ketinggian sedang hingga tinggi. Tanaman semangka yang terserang akan layu, mengering, kemudian mati.
Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Pemakaian surfaktan  (perata dan perekat) pada musim hujan sangat  dianjurkan. Tanaman yang terserang sebaiknya disingkirkan dan dimusnahkan agar penyakit tidak menular. Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang dapat dilakukan untuk memutus siklus hidup cendawan ini.
 
b.        Layu Bakteri
Layu bakteri pada tanaman semangka disebabkan oleh bakteri Pseudomonas. Bagian tanaman yang terserang layu bakteri ketika dipotong dan dimasukkan ke dalam air bersih akan mengeluarkan cairan berwarna putih. Serangan layu bakteri biasanya terjadi di daerah dataran rendah yang kondisinya lembab dan panas. Penyebaran penyakit ini bisa terjadi melalui air, angin, dan peralatan yang digunakan.
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida Agrept 20 WP atau Agrimycin. Lahan yang terserang penyakit ini sebaiknya ditaburi kapur pertanian dan selama dua tahun tidak ditanami tanaman yang bisa menjadi inang Pseudomonas.
 
c.        Busuk Daun (Phytophthora infestans)
Penyakit ini dikenal juga dengan nama cacar, terlihat dari munculnya noda hitam di daun dan buah. Bagian yang  terserang menjadi kering, keras, dan busuk. Serangan penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kelembaban kebun, melakukan pemangkasan secara teratur, dan menjaga sanitasi kebun. Busuk daun dapat diberantas menggunakan Bubur Bordeaux 1-3%, Akofol 50 WP, Preficur N, Prufit PR 10/56 WP, Ridomil, Dhitane, dan Antracol.
 
d.        Busuk Buah (Colectroticum sp.)
Serangan cendawan ini ditandai dengan munculnya bercak coklat yang semakin melebar di buah semangka. Pada serangan yang parah, buah akan menjadi kering, busuk dan keriput. Penyakit ini biasanya menyerang buah semangka muda, sehingga mengurangi hasil panen hingga 75%.
Serangan penyakit busuk buah dapat diatasi dengan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat, melakukan pemangkasan secara teratur dan melakukan penyemprotan fungisida sistemis atau fungisida kontak yang berbahan aktif karbendazim fenorimol secara teratur.
 
e.        Busuk Leher (Phytium ultimum)
Biasanya menyerang bibit, tapi kadang-kadang juga menyerang tanaman dewasa. Gejala yang terlihat adalah munculnya  bercak warna hitam yang basah di pangkal batang, lama-kelamaan tanaman yang terserang akan roboh.
Serangan busuk leher dapat dicegah dengan menjaga kelembaban lahan dan memberikan fungisida pada benih.
 
f.         Virus (Cucumber Mozaik Virus)
Daun yang terserang virus ini akan keriting, berkerut dan tampak bercak kuning. Tanaman yang terserang menjadi tidak normal pertumbuhannya. Buah pun menjadi abnormal atau kerdil. Penyakit akibat virus tidak dapat disembuhkan. Cara menanggulanginya adalah dengan memusnahkan tanaman yang terserang. Cara mencegahnya dengan menjaga kebersihan lahan.
 
g.       Kudis (Cladosporium cucumerinum)
Serangan dapat menimbulkan bercak hijau kecoklatan pada buah, kemudian akan muncul lekukan. Sepintas serangan terlihat seperti kudis pada manusia. Dari bercak akan keluar cairan seperti getah karet. Selain menyerang buah, kudis juga menyerang daun. Pada daun yang terserang akan muncul bercak berwarna kuning. Pencegahan dilakukan dengan cara membersihkan kebun dari gulma, menanam varietas yang tahan terhadap penyakit, dan melakukan rotasi tanaman. Untuk menghambat serangan kudis digunakan fungisida Manzate atau Ridomil MZ.
 
h.       Busuk Batang (Botryodiploida theobromae)
Busuk batang menyerang cabang dan tangkai tanaman. Bagian yang terserang menjadi berwarna coklat. Setelah itu cendawan akan membentuk miselium di kulit buah. Bagian tanaman yang terluka sangat rentan terhadap penyakit busuk batang. Membersihkan lahan dari sampah dan gulma dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ini. Fungisida yang dianjurkan untuk menanggulangi penyakit ini adalah Delsene MX 200 atau Derosal 500 SC.
 
i.         Embun Tepung (Erysiphe cichoracearum)
Serangan embun tepung menghebat pada musim kemarau, sedangkan pada suhu rendah cendawan membentuk konidium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak berwarna putih berbentuk bulat di permukaan bawah daun. Semakin lama bercak semakin melebar hingga seluruh daun tertutupi tepung berwarna putih. Setelah itu daun menjadi berwarna coklat dan keriput. Tanaman yang terserang lama-kelamaan akan mati. Tanaman yang terserang penyakit ini harus dicabut dan dimusnahkan. Pengendalian penyakit ini dapat menggunakan pestisida Afugan 300 EC atau Calixin 750 EC.
 
j.         Antraknosa (Colletotrichum lagenarium)
Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak bulat berwarna kecoklatan pada daun. Bercak semakin lama semakin membesar, menyatu, dan muncul bercak kehitaman dengan bagian tengah berwarna putih dan spora yang berwarna kemerahan. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan sanitasi lahan dan pengaturan jarak tanam menjadi agak renggang. Serangan Antraknosa bisa dikendalikan dengan menyemprotkan fungisida Dithane M-45 atau Derosal 60 WP.
 (http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Hortikultura/Budidaya-Semangka.html)



Untuk dataran rendah buah semangka dapat dipanen ± 65-70 hari setelah pindah tanam.  
Untuk dataran sedang buah semangka dapat dipanen ± 70-75 hari setelah pindah tanam.  
Hasil tiap Ha ± 25-30 ton.  (http://kebunwhy.8m.com/semangka.html)
 
Umur panen tanaman semangka tergantung pada jenis atau varietasnya dan pada lokasi penanaman. Semakin tinggi lokasi penanaman, semakin lambat waktu panennya. Pada umumnya buah semangka dapat dipanen pada umur 75-100 HST.
              Tingkat kematangan buah semangka juga bisa ditentukan dengan cara :
1.        Memukul-mukul buah semangka. Buah semangka yang sudah tua atau siap panen akan mengeluarkan bunyi yang "berat" dibandingkan yang masih muda.
2.        Melihat kulit buah. Kulit buah semangka yang sudah tua biasanya berwarna terang dan sudah tidak dilapisi lilin.
3.        Melihat batang buah. Batang buah semangka yang siap panen biasanya berwarna coklat kekuningan. Tangkai muda berwarna hijau dan berbulu halus.
Cara memanen buah semangka yang baik adalah dengan memotong batang buah tepat di pangkal batang yang berbatasan dengan cabang. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari setelah titik embun hilang dan pada saat tidak hujan. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya cendawan penyebab penyakit yang akan merusak buah semangka pada saat diangkut atau disimpan.