(gambar :http://peternakandanpertanian.blogspot.com/p/pertanian.html)
Penyakit patek atau
antraknosa merupakan penyakit utama cabe yang sangat ditakuti oleh petani cabai. Serangan patek atau
antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk memetik hasil yang besar,
bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian meskipun harga cabai sedang
tinggi.
Penyakit pantek disebabkan
oleh serangan jamur (cendawan) Colletotrichum
capsici (Syd.) Bult. Et. Bisby, C. gloeosporioides
dan Gloeosporium piperatum Ell.et.Ev
Morfologi dan daur penyakit
C. capsici mempunyai banyak aservulus,
tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak
seta. Seta berwarna coklat tua, bersekat, halus dan meruncing ke atas. Konidium
berwarna hialin, berbentuk tabung (silindris), ujung-ujungnya tumpul atau
bengkok seperti sabit. Konidium dapat disebabkan oleh angin. Cendawan pada buah
masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi
persemaian yang tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan yang menyerang daun dan
batang tidak dapat menginfeksi buah. Cendawan dapat bertahan dalam sisa-sisa
tanaman sakit. Pada musim kemarau pada lahan yang berdrainase baik perkembangan
penyakit kurang.
Perkembangan penyakit sangat baik pada
suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan pada
buah muda lebih cepat gugur karena infeksi.
Di Indonesia penyakit tersebut dapat
ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
Gejala
serangan
Colletrotichum sp. menunjukkan
gejala bercak cokelat kehitaman yang kemudian akan meluas menjadi busuk lunak.
Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan
koloni cendawan. Sedangkan tanaman yang terserang patek atau antraknosa akibat
infeksi cendawan Gloesperium sp.menunjukkan bercak cokelat dengan
bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning
membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk
lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah
cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan dieback atau
mati ujung. Serangan berat akan menyebabkan buah kering dan keriput
Pengendalian
Patek Atau Antraknosa
Di Indonesia, penyakit ini tergolong
penyakit yang paling sulit dijinakkan, terutama pada saat musim hujan. Untuk
petani cabai yang melakukan penanaman dengan musim berbuah pada saat musim
hujan harus melakukan pengontrolan yang ketat dan terus-menerus. Berikut ini
beberapa upaya penanganan untuk mengendalikan serangan patek atau antraknosa
1.
Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat
Celcius) selama 30 menit.
2.
Perlakuan pada bibit atau biji tanaman
yang akan dibudidayakan, misalnya untuk tanaman cabai atau tomat, rendam bibit
atau biji menggunakan larutan fungisida sistemik, seberti benomil, metil
tiofanat, atau karbendazim. Dosis atau konsentrasi larutan adalah 2 g/l.
Perendaman dilakukan selama 4-6 jam.
3.
Secara teknis, bagian tanaman yang
terserang harus dimusnahkan dari lahan atau areal pertanaman. Lakukan pengamatan
di lapangan secara kontinu atau terus menerus.
4.
Lakukan pergiliran tanaman dilahan dengan
tanaman bukan satu family seperti terong/tomat
5.
Berikan pupuk dengan kandungan P, K, dan
Ca tinggi agar jaringan tanaman lebih kuat. Jangan melakukan pemupukan N
berlebihan, karena akan menyebabkan jaringan tanaman berair sehingga rentan
terhadap serangan cendawan.
6.
Berikan pupuk organik yang banyak.
Pemupukan organik akan meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama maupun
penyakit.
7.
Hindari adanya genangan air di areal
pertanaman, pembersihan lahan termasuk penyiangan gulma.
8.
Perlebar jarak tanam dengan pola tanam
zigzag (jumlah populasi kurang dari
18000 pohon) untuk menjaga sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban tinggi
saat terjadi hujan berkepanjangan biasanya bulan februari - april.
9.
Jika kelembaban di sekitar areal
pertanaman tinggi, misalnya hujan terus menerus, lakukan pencegahan menggunakan
pestisida kimia. Beberapa bahan aktif yang bisa digunakan untuk mengendalikan
penyakit patek atau antraknosa adalah fungisida sistemik dengan bahan aktif
benomil, karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol. Fungisida kontak dengan
bahan aktif mankozeb, klorotalonil, dan propineb. Lakukan penyelingan bahan
aktif tersebut setiap kali melakukan penyemprotan dengan dosis atau konsentrasi
sesuai pada kemasan.
10.
lakukan kombinasi dari beberapa bahan
aktif, misalnya benomil + mankozeb masing-masing ½ dosis, karbendazim +
mankozeb masing-masing ½ dosis, metil tiofanat + klorotalonil masing-masing ½
dosis, difenokonazol + propineb masing-masing ½ dosis. Setiap kali penyemprotan
lakukan penggantian kombinasi bahan aktif tersebut, setelah satu putaran kemudian
kembali ke kombinasi awal yang pertama kali digunakan.
11.
Yang lebih baik adalah melakukan pencegahan dengan cara
menyemprotkan pestisida nabati
Sumber: