STATUS
Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan perpadian di Indonesia. Hama wereng coklat telah menyerang padadasawarsa 1961-1970 telah merusak tanaman padi seluas 52.000 ha. Pada periodetersebut serangan terjadi pada musim hujan 1968-1969 di daerah Jawa Tengah(Brebes, Tegal, Klaten) seluas 2.000 ha dan di Jawa Barat (Subang dan Indramayu)sekitar 50.000 ha. Dan serangan tersebut terus terjadi pada dasawarnya tahun 70 an sampai 80 an bahkan sampai saat ini.
BIOEKOLOGI WERENG COKLAT
Wereng coklat adalah hama yang r-strategik berkembangbiak secara sexual mengikuti laju pertumbuhan eksponensial, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang).
Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) jantan maupun betina yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) jantan maupun betina yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter. Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang agak langsung mempengaruhi bentuk sayap. Jaringan tanaman hijau kaya bahan kimia mimik hormon juvenil, tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan kimia mimic hormon juvenilnya berkurang. Oleh karena itu perkembangan wereng coklat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul makroptera. Perubahan bentuk sayap ini penting sekali ditinjau dari tersedianya makanan pokok di lapangan. Pada pertanaman yang telah dipanen makanan wereng menjadi kurang, sehingga wereng perlu migrasi yang dilakukan oleh wereng makroptera
KERUSAKAN
Nimfa dan imago mencucukkan stilet ke dalam jaringan tanaman dan mengisap cairan tanaman dari bagian sel floem. Wereng coklat lebih banyak mengambil cairan tanaman daripada yang ia dapat cerna. Bila cairan sel diisap terus menerus dengan serangga yang mengisapnya banyak, maka tanaman akan mati kering yang disebut hopperburn.
PENGENDALIAN
Pengendalian wereng coklat telah dilakukan sejak 1970 dengan berbagai cara. Usaha-usaha pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan, perubahan cara bercocok tanam, dan penggunaan pestisida. Inpres No.3, 1986 lebih mempertegas kembali pengendalian hama terpadu (PHT) hama wereng coklat yaitu pola tanam, varietas tahan, sanitasi, dan eradikasi, serta penggunaan pestisida secara bijaksana.
1. Hindari penggunaan pupuk nitogen yang berlebihan,
2. Pertanaman tidak terus tergenang, gunakan irigasi intermitten
3. Varietas tahan.
Pengendalian wereng coklat yang pertama kali harus menggunakan varietas tahan yang disesuaikan dengan biotipe wereng yang dihadapinya. Varietas tahan mempunyai andil yang sangat besar karena dapat mereduksi populasi wereng coklat. IR74 (Bph3) dan IR64 (Bph1+) berturut-turut dapat mereduksi wereng coklat sebesar 94.9 dan 77.4% disbanding dengan varietas Cisadane yang tidak dapat menekan populasi wereng coklat biotipe 3, sedangkan Cisanggarung hanya mereduksi 20.3%. Untuk saat ini, varietas-varietas tersebut sudah patah ketahanannya utamanya IR 64. saat ini varietas tahan wereng yang telah dilepas pemerintah adalah Impari 13.
4. Musuh alami.
Hindari penggunaan insektisida untuk meningkatkan kerja parasitoid dan predator. Parasitoid yang banyak didapat adalah Anagrus optabilis, Oligosita, Paracentrobia andoi, dan Elenchus yasumatsui. Predator yang banyak didapat adalah Pseudogonatopus sarawaki, Haplogonatopus sp, Cirtorhinus lividipennis, Micraspis sp, Casnodea sp, Paederus fuscifes, Laba laba,dan Capung.
5. Aplikasi Pestisida
Pestisida disini sebaiknya menggunakan Pestisida nabati atau pestisida hayati untuk menghindari resistensi wereng coklat. tapi jika harus menggunakan pestisida sintetik, gunakan yang direkomendasikan .
Pestisida disini sebaiknya menggunakan Pestisida nabati atau pestisida hayati untuk menghindari resistensi wereng coklat. tapi jika harus menggunakan pestisida sintetik, gunakan yang direkomendasikan .
Berbagai insektisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif amitraz, bupofresin, beauveria bassiana 6.20x1010 cfu/ml, BPMC, fipronil,
amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur, atau tiametoksan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim , 2007, Masalah lapang hama penyakit hara pada padi,Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan
Anonym,2007, Petunjuk Teknis Hama Penyakit,Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan