Sabtu, 07 Mei 2011

PTT PADI

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PERHATIKAN TANAMAN ANDA?


A. Beberapa hal yang menjadi tantangan ketersedian Pangan
  • Menurunnya produktivitas lahan sawah irigasi
  • Banyaknya lahan sawah yang berubah fungsi menjadi perumahan
  • Gangguan kekeringan yang semakin parah dengan perubahan iklim
  • Meningkatnya serangan Organisme  pengganggu tanaman
  • Meningkatnya kebutuhan beras sebagai bahan pokok  karena pertambahan penduduk.

B. Beberapa hal yang Tidak efisien dalam budidaya padi:
  • Penggunaan  benih yang berlebihan (40 – 70 kg/ha)
  • Penggunaan Pupuk nitrogen yang tinggi sehungga tanaman rentan penyakit dan mudah  rebah
  • penggunaan air yang berlebihan (digenangi terus menerus)
Dari hal-hal tersebut maka muncullah terobosan Tehnologi Intensifikasi padi
dengan  PTT yaitu  SUATU PENDEKATAN DALAM BUDIDAYA PADI YANG MENEKANKAN PADA PENGELOLAAN TANAMAN,LAHAN,AIR DAN ORGANISME PENGGANGGU.

Prinsip PTT:
  1. Bukan suatu Tehnologi atau paket Tehnologi
  2. Memanfaatkan Tehnologi yang memang sudah ada
  3. Menekankan  keserasian dengan lingkungan setempat  (spesifik lokasi)
  4. Partisipatif (Menempatkan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani pada posisi penting)
Sehingga kesimpulannya komponen tehnologi pada suatu daerah dengan daerah lain belum tentu sama. Berbeda dengan program supra insus yang berlaku secara umum dimana program supra insus dengan tehnologi insus paked D yang meliputi 10 jurus yang berlaku umum untuk nasional yaitu: 
  1. Penyiapan  tanah sempurna (air:tanah = 1:1)
  2. Penanaman varietas unggul
  3. penggunaan benih bermutu dan berlabel biru
  4. pemupukan berimbang
  5. Penggunaan ZPT atau pupuk cair
  6. Pengendalian  OPT dengan konsep PHT
  7. Penggunaan  air secara teratur dan efisien
  8. penerapan pola tanam
  9. perbaikan pasca panen
  10. populasi tanaman > 200.000 ribu
Sedang anjuran tehnologi yang digunakan dalam pengembangan PTT antara lain:

  1. Varietas Unggul/PTB/Hibrida yang  sesuai dengan lingkungan dan keinginan petani
  2. Benih bermutu (kemurnian dan daya  kecambah tinggi)
  3. Bibit muda (< 21 hari)
  4. Jumlah bibit 1-3 dengan  menggunakan jajar legowo
  5. Pemupukan  N dengan BWD
  6. Pemupukan P dan K dengan status unsure hara tanah, PUTS, Petak Omisi
  7. Penggunaan Bahan Organik (Kompos jerami 5 ton/ pupuk kandang 2 ton)
  8. Pengairan  berselang
  9. PHT dan PGT
  10. Panen Beregu dan menggunakan mesin perontok.
Tapi dari semua itu hanya nomor 1 – 6 yang bisa digunakan dan merupakan
pilihan mutlak secara bersamaan sebagai penciri PTT. Sedang untuk komponen 7
sampai 10 tergantung lokasi tempat budidaya.

Sehinggadalam dalam penerapan PTT ini :
  1. Tidak lagi dikenal penerapan paket tehnologi yang diterapkan secara nasional
  2. Petani secara bertahap dapat memilih komponen tehnologi yang paling sesuai dengan
    kondisi lingkungannya
  3. Efisiensi biaya lebih diutamakan
  4. Tehnologi yang satu saling menunjang dengan tehnologi yang lain

(SUMBER DEPTAN/BPTP)