Sabtu, 25 Juni 2011

PENYAKIT BLAST (PYRICULARIA GRISEA)






Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan  produksi  pada  pertanaman  padi. Penyakit ini awalnya merupakan penyakit yang awalnya menyerang padi gogo. Tapi sekarang merupakan hama utama bagi padi sawah.

Penyakit  blas,  dapat  menurunkan  hasil  sampai  mencapai  70%  (Chin,  1975)
menginfeksi pada semua stadia pertumbuhan tanaman yaitu daun, buku, leher malai, namun jarang menyerang pada bagian pelepah daun. Keadaan suhu yang kondusif pada kisaran       28°C. Suhu demikian umumnya ditemukan di wilayah-wilayah pengusahaan padi gogo, maupun padi sawah sehingga blas dapat berkembang baik dan menyebabkan kerusakan yang serius atau sering mengakibatkan puso.


Bioekologi.

Cendawan P. grisea mempunyai banyak ras, dan dapat berubah dan terbentuk ras baru dengan cepat apabila tanaman atau sifat ketahanan tanaman berubah.
Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas yaitu dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi dan menyebarkan spora baru melalui udara terjadi dalam sekitar 1 minggu.
Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Bercak secara cepat akan menjadi lebih besar selama 8 hari.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT BLAS

Inang utamanya yaitu padi dengan inang alternatif adalah rerumputan (Digitaria cilaris, Echinochloa colona) (Teng et al, 1991) serta dapat juga memanfaatkan jagung untuk mempertahankan hidupnya. Miselia patogen tersebut dapat bertahan selama setahun pada jerami sisa-sisa panen. Spora yang berasal dari tanaman terinfeksi atau yang disebarkan angin ditemukan sekitar 2 km dari sumber inokolum awal, masih dapat menginfeksi  pada  tanaman  sehat  (Ou,  1985).  Pada  temperatur  24°C  -  28°C  adalah kondisi optimum untuk perkembangan blas.
Fase penetrasi spora cendawan ini hanya membutuhkan waktu yang singkat yaitu 6 – 8 jam, menginfeksi melalui stomata, dan periode laten untuk memproduksi kembali spora juga tergolong singkat sekitar 4 hari (Hashioka, 1985). Faktor lain yang mendukung perkembangan blas adalah keadaan kelembaban sekitar 90%, spora dapat diproduksi optimal dari setiap bercak, satu bercak mampu menghasilkan 2000 6000 spora per hari, keadaan tersebut dapat berlangsung selama 10 – 14 hari (ElRafaer, 1997). Data   perkembangan   karakter   biologi   tersebut   sangat   dipengaruhi   oleh   keadaan temperatur pada kisaran 28°C, dan  kelembaban sekitar 90%, ataupun  inang alternatif yang banyak ditemukan di areal pertanaman sawah yaitu rerumputan (Digitaria sp. Dan Echinocloa sp)  sebagai sumber inokolum awal. Keadaan yang banyak ditemukan pada wilayah usaha tani padi tersebut, menyebabkan  penyakit blas sebagai faktor pembatas produksi padi adalah selalu ada dan perlu diwaspadai.
Patogen P. grisea memanfaatkan nutrisi tanaman untuk memperbanyak diri dan mempertahankan                      hidup.              Infeksi    awal    pada    daun    muda,    menyebabkan    proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati (Chin, 1974). Blas pada daun        banyak menyebabkan kerusakan antara fase awal pertumbuhan sampai pada fase anakan maksimum (Gill and Borman, 1988). Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Selanjutnya Gill and Boman (1988) menyarankan tindakan perlakuan fungisida lebih awal. Perlakuan tersebut dapat berfungsi menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher).
Faktor pemicu lainnya adalah pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman      padi.                Hasioka         (1965)        menganjurkan                  pemupukan          berimbang                         dengan penggunaan nitrogen  yang optimal akan dapat menekan perkembangan blas pada awal pertumbuhan.
Kehilangan hasil yang besar juga sering ditemukan pada infeksi leher malai. Penanaman dengan jarak tanam yang rapat serta pemupukan nitrogen yang tinggi tanpa menggunakan kalium menciptakan iklim meso dan media tumbuh yang kondusif untuk berkembangnya penyakit blas pada leher malai (Ismunadji et al, 1976). Gejala khas pada malai yang sering ditemukan yaitu adanya bercak kehitaman dengan malai yang patah, atau bulir yang mengering dan hampa, menyebabkan persentase gabah berisi sangat rendah (Amir, 1981; Peakin 1976).
Blas leher, berpotensi merusak yang tinggi apabila terdapat banyak embun pada saat awal berbunga, baik malam, pagi, dan siang hari. Pada keadaan iklim demikian,

suhu bukan merupakan faktor pembatas. Amir (2003) melaporkan bahwa pada suhu
300C -320C, blas leher masih mampu berkembang baik. Di Sulawesi Tenggara IR42, seluas 300 ha pernah dilaporkan, tertular berat pada umur sekitar 2 bulan, hal tersebut diakibatkan karena  padi  gogo  ditanam  dengan  populasi  yang  tergolong  tinggi,  serta kondisi embun yang banyak pada saat awal berbunga.

GEJALA SERANGAN BLAST

blast menyerang daun, buku pangkal leher dan daun Kolar daun.

 blast pada daun






Pengendalian:

1. Ketahanan Varietas. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan. Apabila tanaman padi ditanam berturut-turut sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas atau rotasi gen.
2. Pemakaian jerami sebagai kompos. Cendawan P. grisea dapat bertahan pada sisa tanaman padi atau jerami dan benih dari pertanaman padi    sebelumnya, sehingga sumber inokulum selalu tersedia dari musim ke musim.Indonesia termasuk iklim tropis yang tidak mempunyai musim dingin sangat menguntungkan patogen blas. spora dapat bertahan selama satu tahun. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselia dan spora mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi
3. Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis anjuran. Percobaan tingkat pemupukan N yang berbeda pada padi gogo membuktikan adanya peningkatan serangan P. grisea. Hal ini juga berhubungan dengan varietas yang digunakan, jenis tanah dan jenis pupuk. Dosis pupuk N berkolerasi positif terhadap intensitas penyakit blas, artinya semakin tinggi dosis pupuk N maka intensitas penyakit makin tinggi
4. Pendekatan Kimiawi. Pengendalian penyakit blas akan efektif dilaksanakan sedini mungkin dengan perlakuan benih, hal ini disebabkan karena penyakit blas dapat ditularkan melalui benih.
    
          •Efikasi fungisida untuk perlakuan benih hanya bertahan 6 minggu dan selanjutnya  perlu diadakan penyemprotan tanaman
         •Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga.
Beberapa fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit blas adalah yang mengandung bahan aktif isoprotionalane, benomyl+mancoseb, kasugamycin dan thiophanate methyl,fosdifen








Tidak ada komentar:

Posting Komentar