Sabtu, 11 Februari 2012

PENANGANAN PASCA PANEN PADI (1)

PENANGANAN PASCA PANEN PADI (1)
(SUMBER PENANGANAN PASCA PANEN PADI LITBANG DEPTAN)

Penanganan pasca panen padi merupakan kegiatan sejak padi dipanen sampai menghasilkan produk antara (intermediate     product) yang siap dipasarkan.  Dengan demikian, kegiatan penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu pe manenan, penumpukan dan pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengangkutan,pengeringan,pengemasan dan penyimpanan, serta penggilingan
A.  Penentuan Saat Panen


Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca   pane padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan  kehilangan  hasil  yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah.      
      Penentuan saat panen dapat dilakukan    berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.

1)  Pengamatan Visual

Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasil kan rendemen giling yang tinggi.


2)  Pengamatan Teoritis

Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi         dan mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari  setelah  tanam. Berdasarkan kadar  air,  umur  panen  optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau, dan  antara  24  –  26 % pada musim penghujan (Damardjati,  1974;  Damardjati  et al, 1981).
 Alat pengukur kadar air




(sumber: www.spectrameter.com / www.alatpengukurkadarair.com)
  
B.  Pemanenan

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen        yang  tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil  yang rendah.Pada  tahap  ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52% apabila  pemanen   padi  dilakukan secara tidak tepat.

1)  Umur Panen Padi

Pemanenan padi  harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(a)  90   95 % gabah  dari  malai tampak kuning.

(b) Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.

(c)  Kadar  air  gabah  22  –  26  % yang diukur dengan moisture tester.

2)  Alat dan Mesin Pemanen Padi

          Pemanenan padi harus meng- gunakan alat dan mesin yang  memenuhi         persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine  harvester.
Berikut  ini adalah   cara-cara   pemanenan dengan menggunakan ani-ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper.

(a)  Cara Pemanenan  Padi dengan Ani-ani.

Ani-ani merupakan         alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20 mm, panjang  ±  10  cm  dan  pisau baja tebal 1,5 – 3 mm.  Ani-ani dianjurkan               digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang  berpostur  tinggi. Pe manenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut :

o Tekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong.

o Tempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan.

o Dengan  kedua  jari  tersebut tarik   malai   padi   ke   arah pisau, sehingga malai ter- potong.

o Kumpulkan   ditangan kiri atau masukkan kedalam ke ranjang.

 Gambar alat ani-ani
  

(b) Cara Pemanen Padi dengan Sabit

Sabit   merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2  jenis  yaitu  sabit  biasa  dan sabit  bergerigi. Sabit  biasa/ bergerigi  pada               umumnya digunakan untuk  memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan   Cisadane.         Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur- kan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et          al, 1989; Nugraha et al,1990). 


 sabit biasa


 
 sabit bergerigi

Spesifikasi sabit  bergerigi yaitu:

Gagang  terbuat  dari  kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.
Mata   pisau   terbuat   dari baja        keras yang  satu sisinya bergerigi antara 12–  16  gerigi  sepanjang  1 inci.

Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong  atas, potong tengah       dan     potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan  dengan        cara potong bawah dilakukan bila perontokan              dengan cara dibanting/digebot  atau  menggunakan  pedal  thresher.    Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power  thresher.          Berikut  ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:
Pegang  rumpun  padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut             dengan            tangan kanan     hingga         jerami terputus.


3 komentar:

  1. Mohon maaf sebelumnya...untuk gambar-gambar alat ukur kadar air di atas ( no 1 & 2 ) adalah gambar2 milik kami Spectrameter Purwokerto Jawa Tengah
    Tetapi sehubungan sudah terlanjur terpampang di web ini, kami akan sangat berterima kasih jika gambar disebutkan sumbernya
    Serta akan kami infokan jika alat-alat pengukur kadar air seperti yang ada di gambar termasuk merk Kett ( gambar nomor 4 ) tersedia di toko kami ( www.spectrameter.com / www.alatpengukurkadarair.com), tlp 0811262905
    Terima kasih
    Zenny Widagdo, Spectrameter Purwokerto

    BalasHapus
    Balasan
    1. mohon maaf karena kami lupa mencantumkan sumbernya. trims

      Hapus
  2. Siip....sukses buat Saung Sumberjambe....jika ada waktu pas pulang ke Jember, saya sempatkan main ke sana...

    Zenny

    BalasHapus