Kutu Daun merupakan hama tanaman yang menyerang pada hampir semua tanaman, mulai tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Kutu daun ada beberapa 3 jenis yaitu :
1. Kutu daun coklat (Toxoptera citricidus Kirk)
2. Kutu Daun Hitam (Toxoptera aurantii)
3. Kutu Daun Hijau (Myzus persicae dan Aphis gossypii)
Mizus
Klasifikasi dari kutu daun
Kingdom: Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus : Myzus, Aphis, Toxoptera
Spesies : Myzus persicae, Aphis gossypii, Toxoptera, aurantii, Toxoptera citricidus
Bioekologi
Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak, berbentuk seperti buah per, pergerakan rendah dan biasanya hidup secara berkoloni (bererombol). Perkembangan optimal terjadi pada saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung selama 6-8 hari pada suhu 250C dan 3 minggu pada suhu 150C.Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa.
Perbedaan antara Kutu Daun Coklat dan Kutu Daun Hitam, terlihat pada pembuluh sayap bagian depan. Kutu Daun Hitam berwarna hitam dan tidak bercabang sedangkan pada Kutu Daun Coklat bercabang dan tubuh berwarna coklat. Bentuk kutu kadang-kadang bersayap, kadang-kadang tidak bersayap, seksual atau aseksual, menetap atau berpindah-pindah tempat. Pada daerah tropis yang perbedaan musimnya kurang tegas, kutu ini tinggal pada inangnya selama setahun sebagai betina-betina yang vivipar partenogenesis. Kutu dewasa biasanya berpindah tempat untuk menghasilkan kutu-kutu baru yang belum dewasa dan membentuk koloni baru
Gejala Serangan
Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu ini berwarna hitam, coklat atau hijau kekuningan tergantung jenisnya. Kutu menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh (embun jelaga). Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui air ludahnya sehingga timbul gejala kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun. Di antara kutu daun yang menyerang tanaman jeruk, kutu daun coklat dan hitam merupakan yang terpenting karena menularkan virus penyebab penyakit Tristeza.
Pengendalian
Monitoring diutamakan pada tunas-tunas muda. Pengendalian dilakukan apabila populasi hama ini dinilai bisa menghambat atau merusak pertumbuhan tunas. Sebagai penular penyakti, ambang kendali untuk kutu ini berkisar 25-30 ekor viruliverous. Di alam kutu ini dikendalikan oleh musuh-musuh alami dari famili Syrpidae, Coccinellidae, Chrysopidae. Secara kultur teknis, penggunaan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk dapat menghambat perkembangan populasi kutu.
Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin secara penyemprotan terbatas pada tunas-tunas yang terserang dan apabila serangan parah dapat dikendalikan dengan Imidaklopind yang diaplikasikan melalui saputan batang.
·
Referensi:
1. Copyright © Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jl. Raya Tlekung No. 1, Tlekung-Batu, Jawa Timur Telp. (0341) 592683, Fax (0341) 593047, E-mail: balitjeruk@citrusindo.org
2. CABI. 2000. Crop Protection Compendium. Global Module 2nd Edition. ISSN: 1365-9065.
ISBN: 0 85199 482 2. Wallingford. Oxon OX10 8DE. United Kingdom. CD-ROM.
3. Khalsoven. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru - Van Hoeve. Jakarta. 701 halaman.
4. Departemen Pertanian. 2009b. Kutu Daun Cokelat (Toxoptera citricudus Kirk.), Kutu Daun Hitam (Toxoptera aurantii), Kutu Daun Hijau (Myzus persicae dan Aphis gossypii). (On-line) www.http.deptan.go.id/download/Kutu%20Daun%20Coklat.pdf
gan, ada ga link atau literartur tentang kutu daun???? (in indonesian)kalo bisa... trims
BalasHapus,bagus tapi kurang lengkap yaitu klasifikasinya
BalasHapusKalo saya pengendalian sementara pake air sabun. 1/4 sendok teh dicampur dengan air 300-500ml semprotkan ke bagian yg ada kutunya. setelah itu baru bilas pake air bersih
BalasHapusBetul itu juga bisa
BalasHapusSangat membantu gan.
BalasHapushttp://pomidor.id/2017/08/17/menu-serangga-untuk-konsumsi-manusia/