Minggu, 29 Mei 2011

MUSUH ALAMI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA

Mengendalikan hama menggunakan predator dannematoda tidak semudahmenyemprot dengan pestisida namun cara pengendalian dengan musuh alami ini lebih disukai karena aman bagi lingkungan dan murah.

Pengendalian hama tanaman menggunakan musuh alami sejak 1987 kembali popular setelah pestisida yang semula diandalkan, ternyata menimbulkan berbagai bencana yang kian sulit diatasi. Pengendalian yang resikonya justru lebih gawat daripada serangan hama.Sementara hama yang disemprot malah kebal dan keturunan yang dihasilkan semakin banyak

Musuh Alami Lebih Aman

“Pengalaman buruk itu mendasari penggunaan kembali musuhalami untuk mengendalikan populasi hama.”kata Oka.pengendalian dengan musuh alamiwaktu zaman Belanda memang pernah dipakaiuntuk mengatasi hama kelapa dan tebu. Sejak 1979 cara pengendalian ini ditetapkan sebagai komponen PHT ,program nasional pengendalian hama yang mendahulukan pemanfaatan musuh alami sebelum memakai pestisida.

Pada era petani ‘getol’ memakai insektisida, serangan wereng pernah mewabah disentra produksi padi. Namun sejak penggunaan insektisida dibatasi sehingga musuh alami, yaitu predator dan parasit (predator adalah binatang yang suka makan hama, sedangkan parasit hidup dalam tubuh hama) tidak terbunuh, “tak terdengar lagi ada laporan wereng mengacau tanaman petani,” kata Oka.

Menurut ahli hama yang pernah mendatangkan predator dan prasit kutu loncat dari Hawaii ini, dengan musuh alami produksi tanaman tetap mantap, lingkungan dan petani tetap sehat. Dan subsidi pemerintah bisa dikurangi

Nemaatoda Sebagai Musuh Hama

Menurut dr. sudjarwo, staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, selain predator dan parasit, Nematoda juga berpotensi sebagai pengendali hama. Meskipun demikian, ia mengakui pengendalian hama dengan Nematoda belum pernah dilakukan di Indonesia. “Saat ini fokusnya baru kepada predator dan parasit,” katanya.

Nematoda umumnya dipandang sebagai cacing renik pengganggu tanaman. ”Anggapan itu tidak salah,” Komentar Sudjarwo. Dialam memang terdapat jenis Nematoda yang menjadi parasit binatang. “Nematoda jenis inilah yang dipakai untuk mengendalikan hama,” ulasnya.

Saat ini pengendalian hama dengan Nematoda berkembang dengan pesat di Amerika Serikat. Kebanyakan petani anggur dan cranberry selalu bekerja sama dengan ocean spray, koprasi petani buah terbesar disana. Konon, pengendalian serangan kumbang bubuk dengan Nematoda bisa mencapai 90-96%. Hal ini membuat EPA (Environmetal Protection Agency), lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat, semakin giat meneliti efektifitas Nematoda, untuk melengkapi teknik pengendalian memakai musuh alami yang telah lebih dulu dikenal.

Pengendalian Lebih Efisien

Keberhasilan pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh alami umumnya tidak dapat langsung terlihat dan sulit diamati secara jelas. Meskipun demikian, baik Oka maupun Sudjarwo Sependapat, teknik ini jauh lebih efisien daripada pengendalian memakai bahan kimia. “Musuh alami’kan tidak tidak perlu beli. Lagi pula, penekanan populasi hama berlangsung lama penaganannya tak perlu dilakukan berulang- ulang seperti pada penggunaan pestisida,” Kata Oka

Teknik pengendalian memakai musuh alami paling tepat untuk mengatasi hama tanaman perkebunan, karena ekosistemnya stabil. Untuk tanaman pangan yang umumnya dipanen tiap 3 atau 4 bulan, Sudjarwo menyarankan, “Musuh alami yang harus dijaga agar sampai terkena pengaruh buruk pestisida.”
Dalam program PHT, penggunaan pestisida harus selalu didasari pada pengamatan populasi hama. Jika dengan cara pengendalian lainnya populasi hama tetap mencapai batas ambang ekonomi (batas yang dapat menimbulkan kerugian jika populasinya tidak segera dikendalikan), pestisida baru boleh dipakai. Itu pun harus yang berspektrum sempit dan tidak membunuh musuh alami. (Nursasongko Anwar/ Peliput Suci PS.)

1 komentar: