Sabtu, 31 Januari 2015

PENGAMANAN PRODUKSI DENGAN PENGENDALIAN BERSAMA

               Salah satu cara agar produksi padi tetap aman dan tidak terjadi penurunan adalah dengan mengendalian OPT yang menyerang. Pengendalian akan sangat efektif jika dilakukan dengan bersama dan serentak. Untuk itu dengan melibatkan petani dan kelompok tani POPT Uptd sumberjambe yang dalam hal ini P Didik Rohim dan P agus Sugianto secara rutin dan berkala bersama penyuluh, petani dan kelompok tani mengadakan pengendalian bersama di wilayah-wilayah serangan dan potensi serangan di wilayah binaan Penyuluh.

 Pengendalian di wilayah Kec Sukowono




 Pengendalian di wilayah Kec Kalisat








Pengendalian di wilayah Kec Sumberjambe

KAMISAN YANG BERBEDA

              Pertemuan rutin kamisan yang biasanya diadakan di kantor UPTD , hari ini diadakan di tempat yang berbeda yaitu di pantai pasir putih dengan tidak mengurangi makna dan tujuan pertemuan. Diadakannya di pantai pasir putih sekaligus untuk lepas pisah Koordinator penyuluh UPTD sumberjambe yang telah memasuki purna tugas  P AGUS BUDIONO, AMd. Setelah menjalani masa tugas lebih dari 30 tahun ahirnya bulan november 2014 ini p agus memasuki masa pensiun . Semoga  apa yang sudah Bapak Agus berikan ke kami bisa kami teruskan demi kemajuan UPTD Sumberjambe Khususnya.







Minggu, 19 Oktober 2014

PELATIHAN HIPPA DI DESA PLEREAN

          Sebagai upaya penguatan kelembagaan HIPPA tingkat Desa, agar HIPPA bisa berjalan dengan baik dan dirasakan keberadaannya oleh masyarakat petani, maka Dinas pertanian Kabupaten melalui bidang sarana prasarana mengadakan pelatihan penguatan HIPPA Tani Makmur di wilayah desa Plerean Sumberjambe selama 2 hari.
          Disini diberikan materi mengenai peraturan yang mengatur kelembagaan HIPPA , anggaran dasar dan anggaran rumah Tangga, administrasi, program kerja, pemeliharaan jaringan dan budidaya padi SRI.










Minggu, 21 September 2014

PENGENDALIAN OPT CABE RAWIT

          Cabe rawit merupakan komoditas unggulan di kabupaten jember dan merupakan penyumbang besar bagi inflasi di jember dan jawa timur. harga yang fluktuatif dan biaya yang cukup besar dalam berbudidaya membuat komoditas ini harus terus di pantau produksi dan produktivitasnya. sebagai upaya menjaga agar produksi tidak jatuh karena serangan OPT, maka dinas pertanian dalam hal ini bidang perlindungan  hortikultura secara rutin mengadakan sosialisasi dan pengendalian opt cabe pada daerah-daerah sentra seperti kecamatan sumberjambe ini. berikut dokumentasi kegiatan yang dilakukan di kecamatan Sumberjambe:





  

PENGENDALIAN TIKUS

        Tahun 2014 serangan tikus menyerang pada tanaman padi hampir disemua kecamatan di Kabupaten jember terserang tikus, tidak terkecuali diwilayah UPTD II Sumberjambe. Untuk mengendalikan serangan tersebut maka dilakukan pengendalian di wilayah terserang dengan menggunakan pestisida bantuan dinas pertanian Kabupaten Jember yaitu Tiram dan Petrokum. brikut beberapa dokumentasi pengendalian tikus di desa-desa di kecamatan Sumberjambe:








Senin, 23 Desember 2013

PENYAKIT PATEK (ANTRAKNOSA) PADA CABE DAN PENGENDALIANNYA


(gambar :http://peternakandanpertanian.blogspot.com/p/pertanian.html)


Penyakit patek atau antraknosa merupakan penyakit utama cabe yang sangat ditakuti  oleh petani cabai. Serangan patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk memetik hasil yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian meskipun harga cabai sedang tinggi.
Penyakit pantek disebabkan oleh serangan jamur (cendawan)   Colletotrichum capsici (Syd.) Bult. Et. Bisby, C. gloeosporioides dan Gloeosporium piperatum Ell.et.Ev

Morfologi dan daur penyakit
C. capsici mempunyai banyak aservulus, tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak seta. Seta berwarna coklat tua, bersekat, halus dan meruncing ke atas. Konidium berwarna hialin, berbentuk tabung (silindris), ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti sabit. Konidium dapat disebabkan oleh angin. Cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi persemaian yang tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan yang menyerang daun dan batang tidak dapat menginfeksi buah. Cendawan dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Pada musim kemarau pada lahan yang berdrainase baik perkembangan penyakit kurang.
Perkembangan penyakit sangat baik pada suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan pada buah muda lebih cepat gugur karena infeksi.
Di Indonesia penyakit tersebut dapat ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Gejala serangan





Colletrotichum sp. menunjukkan gejala bercak cokelat kehitaman yang kemudian akan meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan. Sedangkan tanaman yang terserang patek atau antraknosa akibat infeksi cendawan Gloesperium sp.menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan dieback atau mati ujung. Serangan berat akan menyebabkan buah kering dan keriput


Pengendalian Patek Atau Antraknosa
Di Indonesia, penyakit ini tergolong penyakit yang paling sulit dijinakkan, terutama pada saat musim hujan. Untuk petani cabai yang melakukan penanaman dengan musim berbuah pada saat musim hujan harus melakukan pengontrolan yang ketat dan terus-menerus. Berikut ini beberapa upaya penanganan untuk mengendalikan serangan patek atau antraknosa

1.                  Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit.
2.                  Perlakuan pada bibit atau biji tanaman yang akan dibudidayakan, misalnya untuk tanaman cabai atau tomat, rendam bibit atau biji menggunakan larutan fungisida sistemik, seberti benomil, metil tiofanat, atau karbendazim. Dosis atau konsentrasi larutan adalah 2 g/l. Perendaman dilakukan selama 4-6 jam.
3.                  Secara teknis, bagian tanaman yang terserang harus dimusnahkan dari lahan atau areal pertanaman. Lakukan pengamatan di lapangan secara kontinu atau terus menerus.
4.                  Lakukan pergiliran tanaman dilahan dengan tanaman bukan satu family seperti terong/tomat
5.                  Berikan pupuk dengan kandungan P, K, dan Ca tinggi agar jaringan tanaman lebih kuat. Jangan melakukan pemupukan N berlebihan, karena akan menyebabkan jaringan tanaman berair sehingga rentan terhadap serangan cendawan.
6.                  Berikan pupuk organik yang banyak. Pemupukan organik akan meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama maupun penyakit.
7.                  Hindari adanya genangan air di areal pertanaman, pembersihan lahan termasuk penyiangan gulma.
8.                  Perlebar jarak tanam dengan pola tanam zigzag  (jumlah populasi kurang dari 18000 pohon) untuk menjaga sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban tinggi saat terjadi hujan berkepanjangan biasanya bulan februari - april.
9.                  Jika kelembaban di sekitar areal pertanaman tinggi, misalnya hujan terus menerus, lakukan pencegahan menggunakan pestisida kimia. Beberapa bahan aktif yang bisa digunakan untuk mengendalikan penyakit patek atau antraknosa adalah fungisida sistemik dengan bahan aktif benomil, karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol. Fungisida kontak dengan bahan aktif mankozeb, klorotalonil, dan propineb. Lakukan penyelingan bahan aktif tersebut setiap kali melakukan penyemprotan dengan dosis atau konsentrasi sesuai pada kemasan.
10.              lakukan kombinasi dari beberapa bahan aktif, misalnya benomil + mankozeb masing-masing ½ dosis, karbendazim + mankozeb masing-masing ½ dosis, metil tiofanat + klorotalonil masing-masing ½ dosis, difenokonazol + propineb masing-masing ½ dosis. Setiap kali penyemprotan lakukan penggantian kombinasi bahan aktif tersebut, setelah satu putaran kemudian kembali ke kombinasi awal yang pertama kali digunakan.
11.              Yang lebih baik adalah melakukan pencegahan dengan cara menyemprotkan pestisida nabati

Sumber:

Sabtu, 21 Desember 2013

BERCAK DAUN PADA CABAI

BERCAK DAUN PADA CABAI
            Bercak pada daun cabai merupakan salah satu penyakit penting dalam perkembangan cabai di daerah tropis yang panas dan lembab .Penyebab penyakit ini adalah Cercospora capsici Heald et Wolf
Adapun menurut Wikipedia, cendawan yang disebut        Cecospora capsici dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Fungi
Filum               : Ascomycota
Kelas               : Dothideomycetidae
Ordo                : Capnodiales
Famili              : Mycosphaerellaceae
Genus              : Cercospora
Spesises           : Cercospora capsici

Gambar : Gejala Serangan Bercak Daun









MORFOLOGI DAN DAUR PENYAKIT
Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3 - 12. Konidiofor pendek, bersekat 1 - 3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda di persemaian, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase yang baik, penyakit ini kurang berkembang.
Penyakit tersebut antara lain menyebar di Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.

GEJALA SERANGAN
Gejala serangan penyakit pada daun berupa bercak kecil berbentuk bulat dan kering. Bercak meluas sampai diameter sekitar 0,5 cm. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang. Apabila terdapat banyak bercak maka daun cepat menguning dan gugur, atau langsung gugur tanpa menguning lebih dahulu. Bercak sering terdapat pada batang, tangkai daun maupun tangkai buah, namun pada buah jarang dijumpai. Kadang-kadang penyakit ini menyerang cabai di persemaian.

Penyakit bercak daun cabai adalah salah satu penyakit terpenting yang meyerang cabai di Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relative tinggi. Penyakit bercak daun cabai dapat menyebabkan kerusakan sejak dari persemaian sampai tanaman cabai berbuah. Penyakit ini menyebabkan masalah serius terhadap perkembangan tanaman cabai (Syamsuddin, 2007).
            Penyakit bercak daun cabai akan berkurang pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik, dan gulmanya terkendali dengan baik. Perkembangan bercak daun cabai paling baik terjadi pada suhu 300C. Daun yang lebih muda lebih mudah terserang daripada daun yang lebih tua (Setiadi, 2004).
            Pola jarak tanam juga mempengaruhi proses perkembangbiakan penyakit bercak daun cabai. Apabila jarak tanam terlalu rapat maka akan menyebabkan perkembangbiakan penyakit tersebut semakin mudah dan cepat, sebaliknya apabila jarak tanam terlalu jauh maka akan mengurangi hasil produksi. Maka sebaiknya pola jarak tanam disesuaikan dengan keadaan topografi daerah pertanaman.(Semangun, 2004).
TANAMAN INANG LAIN
Belum diketahui adanya tanaman inang lain.

CARA PENGENDALIAN
            Pengendalian dengan menanam jenis-jenis yang tahan (resistant variety) merupakan cara yang aman karena memiliki selektifitas yang tinggi. Ada 3 macam ketahanan tanaman terhadap penyakit, yaitu ketahanan mekanis, ketahanan fungisional, dan ketahanan fisiologi. Ketiganya ini telah di uji secara selektifitas melalui seleksi alam (Djafaruddin, 2008).
            Pengendalian dengan cara kultur teknis yaitu dengan cara mulai dari pemilihan lahan untuk tempat menanamnya, memilih bibi yang baik, mengerjalan tanah yang ditanamani dengan baik, memilihara areal pertanaman tanaman cabai dengan baik hingga sampai memanennya (Triharso, 2004)
            Pengendalian yang sering digunakan para petani adalah dengan menggunakan fungisida terdaftar di depan . Bermacam-macam fungisida dapat di pakai dalam pengendalian ini, antara lain Baycor 300 EC (dosis 1 cc/l air), Velimex 80 WP (dosis 2-2,5 g/l air), Dithane M-45 (dosis 180-240 g/100 l air) dan benomyl (dosis sesuai label) (Setiadi, 2004). Bisa juga dengan menyemprot fungisida Pentacur 722 AS bergantian dengan fungisida Kudanil 75 WP atau lainnya sesuai dengan kondisi serangan




SUMBER:


3. www.paskomnas.com/

Selasa, 03 Desember 2013

HAMA THRIPS DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA CABE

THRIPS (Thrips parvispinus)



             Warna tubuh nimfa kuning pucat, untuk dewasa warnanya kuning sampai cokelat kehitaman dan tubuh bersayap. Ada 105 jenis tanaman yang merupakan inang dari hama ini seperti tembakau, tomat, ubi jalar, kopi, dan kacang-kacangan. Hama ini menyerang hampir sepanjang tahun dengan serangan tertinggi biasanya pada musim hujan.

            Gejala Serangan biasanya pada bawah daun berwarna keperakan dan daun mengkerut kearah atas dan pada umumnya serangan sangat terlihat pada pucuk daun.


gejala serangan Thrips


Thrips pada bunga cabai

Pengendalian.

  •       Dilakukan pemantauan secara rutin pada 10 – 20 tanaman (5 hari sekali)
  •       Bila ditemukan populasi 5 – 10 thrips pada daun muda maka segera dikendalikan dengan  pestisida    anjuran dengan bahan aktif seperti ; imidaklorprid , Diafentiuron (pegasus), mercaptodimenthur            (Mesural), dimethoat (dimacide) dll
  •          Memasang perangkap kuning dipertanaman 40 buah / ha
  •         Lakukan pemberian zat protektan agar trips idah betah di pertanaman
  •        Lakukan penyemprotan dengan pupuk daun untuk mengembalikan nutrisi tanaman yang dihisap           tripsh




Beberapa perangkap likat kuning


Sumber:
  •      Teknologi budi daya cabe merah BPPT 2008
  •        Berbagai sumber