Senin, 23 Desember 2013

PENYAKIT PATEK (ANTRAKNOSA) PADA CABE DAN PENGENDALIANNYA


(gambar :http://peternakandanpertanian.blogspot.com/p/pertanian.html)


Penyakit patek atau antraknosa merupakan penyakit utama cabe yang sangat ditakuti  oleh petani cabai. Serangan patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk memetik hasil yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian meskipun harga cabai sedang tinggi.
Penyakit pantek disebabkan oleh serangan jamur (cendawan)   Colletotrichum capsici (Syd.) Bult. Et. Bisby, C. gloeosporioides dan Gloeosporium piperatum Ell.et.Ev

Morfologi dan daur penyakit
C. capsici mempunyai banyak aservulus, tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak seta. Seta berwarna coklat tua, bersekat, halus dan meruncing ke atas. Konidium berwarna hialin, berbentuk tabung (silindris), ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti sabit. Konidium dapat disebabkan oleh angin. Cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi persemaian yang tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan yang menyerang daun dan batang tidak dapat menginfeksi buah. Cendawan dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Pada musim kemarau pada lahan yang berdrainase baik perkembangan penyakit kurang.
Perkembangan penyakit sangat baik pada suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan pada buah muda lebih cepat gugur karena infeksi.
Di Indonesia penyakit tersebut dapat ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Gejala serangan





Colletrotichum sp. menunjukkan gejala bercak cokelat kehitaman yang kemudian akan meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan. Sedangkan tanaman yang terserang patek atau antraknosa akibat infeksi cendawan Gloesperium sp.menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan dieback atau mati ujung. Serangan berat akan menyebabkan buah kering dan keriput


Pengendalian Patek Atau Antraknosa
Di Indonesia, penyakit ini tergolong penyakit yang paling sulit dijinakkan, terutama pada saat musim hujan. Untuk petani cabai yang melakukan penanaman dengan musim berbuah pada saat musim hujan harus melakukan pengontrolan yang ketat dan terus-menerus. Berikut ini beberapa upaya penanganan untuk mengendalikan serangan patek atau antraknosa

1.                  Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit.
2.                  Perlakuan pada bibit atau biji tanaman yang akan dibudidayakan, misalnya untuk tanaman cabai atau tomat, rendam bibit atau biji menggunakan larutan fungisida sistemik, seberti benomil, metil tiofanat, atau karbendazim. Dosis atau konsentrasi larutan adalah 2 g/l. Perendaman dilakukan selama 4-6 jam.
3.                  Secara teknis, bagian tanaman yang terserang harus dimusnahkan dari lahan atau areal pertanaman. Lakukan pengamatan di lapangan secara kontinu atau terus menerus.
4.                  Lakukan pergiliran tanaman dilahan dengan tanaman bukan satu family seperti terong/tomat
5.                  Berikan pupuk dengan kandungan P, K, dan Ca tinggi agar jaringan tanaman lebih kuat. Jangan melakukan pemupukan N berlebihan, karena akan menyebabkan jaringan tanaman berair sehingga rentan terhadap serangan cendawan.
6.                  Berikan pupuk organik yang banyak. Pemupukan organik akan meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama maupun penyakit.
7.                  Hindari adanya genangan air di areal pertanaman, pembersihan lahan termasuk penyiangan gulma.
8.                  Perlebar jarak tanam dengan pola tanam zigzag  (jumlah populasi kurang dari 18000 pohon) untuk menjaga sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban tinggi saat terjadi hujan berkepanjangan biasanya bulan februari - april.
9.                  Jika kelembaban di sekitar areal pertanaman tinggi, misalnya hujan terus menerus, lakukan pencegahan menggunakan pestisida kimia. Beberapa bahan aktif yang bisa digunakan untuk mengendalikan penyakit patek atau antraknosa adalah fungisida sistemik dengan bahan aktif benomil, karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol. Fungisida kontak dengan bahan aktif mankozeb, klorotalonil, dan propineb. Lakukan penyelingan bahan aktif tersebut setiap kali melakukan penyemprotan dengan dosis atau konsentrasi sesuai pada kemasan.
10.              lakukan kombinasi dari beberapa bahan aktif, misalnya benomil + mankozeb masing-masing ½ dosis, karbendazim + mankozeb masing-masing ½ dosis, metil tiofanat + klorotalonil masing-masing ½ dosis, difenokonazol + propineb masing-masing ½ dosis. Setiap kali penyemprotan lakukan penggantian kombinasi bahan aktif tersebut, setelah satu putaran kemudian kembali ke kombinasi awal yang pertama kali digunakan.
11.              Yang lebih baik adalah melakukan pencegahan dengan cara menyemprotkan pestisida nabati

Sumber:

Sabtu, 21 Desember 2013

BERCAK DAUN PADA CABAI

BERCAK DAUN PADA CABAI
            Bercak pada daun cabai merupakan salah satu penyakit penting dalam perkembangan cabai di daerah tropis yang panas dan lembab .Penyebab penyakit ini adalah Cercospora capsici Heald et Wolf
Adapun menurut Wikipedia, cendawan yang disebut        Cecospora capsici dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Fungi
Filum               : Ascomycota
Kelas               : Dothideomycetidae
Ordo                : Capnodiales
Famili              : Mycosphaerellaceae
Genus              : Cercospora
Spesises           : Cercospora capsici

Gambar : Gejala Serangan Bercak Daun









MORFOLOGI DAN DAUR PENYAKIT
Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3 - 12. Konidiofor pendek, bersekat 1 - 3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda di persemaian, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase yang baik, penyakit ini kurang berkembang.
Penyakit tersebut antara lain menyebar di Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.

GEJALA SERANGAN
Gejala serangan penyakit pada daun berupa bercak kecil berbentuk bulat dan kering. Bercak meluas sampai diameter sekitar 0,5 cm. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang. Apabila terdapat banyak bercak maka daun cepat menguning dan gugur, atau langsung gugur tanpa menguning lebih dahulu. Bercak sering terdapat pada batang, tangkai daun maupun tangkai buah, namun pada buah jarang dijumpai. Kadang-kadang penyakit ini menyerang cabai di persemaian.

Penyakit bercak daun cabai adalah salah satu penyakit terpenting yang meyerang cabai di Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relative tinggi. Penyakit bercak daun cabai dapat menyebabkan kerusakan sejak dari persemaian sampai tanaman cabai berbuah. Penyakit ini menyebabkan masalah serius terhadap perkembangan tanaman cabai (Syamsuddin, 2007).
            Penyakit bercak daun cabai akan berkurang pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik, dan gulmanya terkendali dengan baik. Perkembangan bercak daun cabai paling baik terjadi pada suhu 300C. Daun yang lebih muda lebih mudah terserang daripada daun yang lebih tua (Setiadi, 2004).
            Pola jarak tanam juga mempengaruhi proses perkembangbiakan penyakit bercak daun cabai. Apabila jarak tanam terlalu rapat maka akan menyebabkan perkembangbiakan penyakit tersebut semakin mudah dan cepat, sebaliknya apabila jarak tanam terlalu jauh maka akan mengurangi hasil produksi. Maka sebaiknya pola jarak tanam disesuaikan dengan keadaan topografi daerah pertanaman.(Semangun, 2004).
TANAMAN INANG LAIN
Belum diketahui adanya tanaman inang lain.

CARA PENGENDALIAN
            Pengendalian dengan menanam jenis-jenis yang tahan (resistant variety) merupakan cara yang aman karena memiliki selektifitas yang tinggi. Ada 3 macam ketahanan tanaman terhadap penyakit, yaitu ketahanan mekanis, ketahanan fungisional, dan ketahanan fisiologi. Ketiganya ini telah di uji secara selektifitas melalui seleksi alam (Djafaruddin, 2008).
            Pengendalian dengan cara kultur teknis yaitu dengan cara mulai dari pemilihan lahan untuk tempat menanamnya, memilih bibi yang baik, mengerjalan tanah yang ditanamani dengan baik, memilihara areal pertanaman tanaman cabai dengan baik hingga sampai memanennya (Triharso, 2004)
            Pengendalian yang sering digunakan para petani adalah dengan menggunakan fungisida terdaftar di depan . Bermacam-macam fungisida dapat di pakai dalam pengendalian ini, antara lain Baycor 300 EC (dosis 1 cc/l air), Velimex 80 WP (dosis 2-2,5 g/l air), Dithane M-45 (dosis 180-240 g/100 l air) dan benomyl (dosis sesuai label) (Setiadi, 2004). Bisa juga dengan menyemprot fungisida Pentacur 722 AS bergantian dengan fungisida Kudanil 75 WP atau lainnya sesuai dengan kondisi serangan




SUMBER:


3. www.paskomnas.com/

Selasa, 03 Desember 2013

HAMA THRIPS DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA CABE

THRIPS (Thrips parvispinus)



             Warna tubuh nimfa kuning pucat, untuk dewasa warnanya kuning sampai cokelat kehitaman dan tubuh bersayap. Ada 105 jenis tanaman yang merupakan inang dari hama ini seperti tembakau, tomat, ubi jalar, kopi, dan kacang-kacangan. Hama ini menyerang hampir sepanjang tahun dengan serangan tertinggi biasanya pada musim hujan.

            Gejala Serangan biasanya pada bawah daun berwarna keperakan dan daun mengkerut kearah atas dan pada umumnya serangan sangat terlihat pada pucuk daun.


gejala serangan Thrips


Thrips pada bunga cabai

Pengendalian.

  •       Dilakukan pemantauan secara rutin pada 10 – 20 tanaman (5 hari sekali)
  •       Bila ditemukan populasi 5 – 10 thrips pada daun muda maka segera dikendalikan dengan  pestisida    anjuran dengan bahan aktif seperti ; imidaklorprid , Diafentiuron (pegasus), mercaptodimenthur            (Mesural), dimethoat (dimacide) dll
  •          Memasang perangkap kuning dipertanaman 40 buah / ha
  •         Lakukan pemberian zat protektan agar trips idah betah di pertanaman
  •        Lakukan penyemprotan dengan pupuk daun untuk mengembalikan nutrisi tanaman yang dihisap           tripsh




Beberapa perangkap likat kuning


Sumber:
  •      Teknologi budi daya cabe merah BPPT 2008
  •        Berbagai sumber


Kamis, 06 Juni 2013

PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL)

           Saat ini Petani sudah bisa secara langsung mengetahui bagaimana melakukan pemupukan pada padi sawah melalui web site dan sambungan langsung bebas pulsa, sebagaimana informasi yang telah dikeluarkan badan litbang Deptan

.



             Penggunaan pupuk sangat penting untuk peningkatan produktivitas tanaman padi dalam upaya mencapai surplus beras 10 juta ton tahun 2014. Tetapi, bila diberikan terlalu banyak atau terlalu sedikit atau pada waktu yang tidak tepat, biaya pemupukan yang dikeluarkan ini tidak dapat meningkatkan produksi maupun pendapatan petani. Kerjasama jangka panjang Badan Litbang Pertanian dengan International Rice Research Institute (IRRI) telah menghasilkan perangkat lunak teknologi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) yang bisa diakses melalui situs (web): http://webapps.irri.org/nm/id.
             Teknologi PHSL berbasis web di Internet telah dirilis oleh Menteri Pertanian pada Januari 2011. Setelah menjawab sekitar 14 pertanyaan, yang dapat dengan mudah dijawab oleh para petani, biasanya dengan bantuan penyuluh, rekomendasi pemupukan yang sesuai untuk kondisi sawah petani diberikan dalam bentuk tercetak.
          Hasil penelitian terbaru di sembilan provinsi menunjukkan penggunaan teknologi PHSL meningkatkan hasil gabah 200 kg/ha pada 75 petani di Jawa dan 600 kg/ha pada 231 petani di 6 provinsi di luar Jawa. Pendapatan petani padi meningkat sebesar Rp 714.000 per hektar di Jawa dan sebesar Rp 1.972.000 per hektar di luar Jawa. Peningkatan hasil dan pendapatan ini dicapai dengan penggunaan pupuk yang lebih hemat, terutama pupuk nitrogen dan fosfor di semua provinsi.
        Dalam rangka untuk mencapai lebih cepat petani padi skala kecil, Badan Litbang Pertanian juga telah mengembangkan aplikasi ponsel dari PHSL, yang disebut sebagai PHSL HP. Dengan PHSL HP, petani dapat menelfon nomor 135 secara gratis menggunakan ponsel dan mengikuti petunjuk dari rekaman suara. Petani dapat memilih salah satu dari lima bahasa (Bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, dan Bugis) dengan menekan nomor yang sesuai pada keypad telepon. Petani kemudian menjawab lima pertanyaan sederhana dengan keypad dan menerima rekomendasi pemupukan melalui SMS di ponsel mereka. PHSL HP diluncurkan untuk digunakan dengan ponsel pelanggan Telkomsel dan diharapkan segera dengan operator selular lainnya di seluruh Indonesia.
             Sampai Desember 2012 pengguna PHSL berbasis web mencapai lebih dari 15.000 pengunjung sedangkan PHSL HP mencapai lebih dari 54.000 penelfon. Dibandingkan sekitar 15 juta keluarga petani padi di Indonesia, upaya yang lebih sistematis dan berkelanjutan diperlukan untuk mendiseminasikan teknologi ini.

(Sumber : http://pangan.litbang.deptan.go.id)
(http://dph.madiunkab.go.id/berita-160-adopsi-teknologi-pemupukan-hara-spesifik-lokasi-phsl.html)

Senin, 15 April 2013

MEMBUAT LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH DAN SINOPSIS


LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH

I. PENDAHULUAN
Awalilah setiap pekerjaan dengan perencanaan yang baik, karena gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan (Abdullah Gymnastiar). Agar penyuluhan yang akan dilaksanakan dapat berjalan lancar dan dapat berhasil terlaksana dengan baik maka diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Salah satu komponen penting yang sering diabaikan oleh penyuluh dalam perencanaan penyuluhan adalah penyusunan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) yang sebenarnya sangat penting untuk mempermudah dalam pelaksanaan penyuluhan, dan kalaupun itu dianggap kurang penting, paling tidak LPM bermanfaat untuk bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
II. MENYUSUN LPM DAN SINOPSIS
A. Pengertian LPM
Secara sederhana Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dapat diartikan sebagai lembar yang memuat hal-hal pokok yang harus dipersiapkan dan dikerjakan saat berlangsungya penyuluhan. Sedang bila merujuk pada apa yang dikatakan Dandan H, (2011) bahwa LPM adalah rencana desain kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan untuk setiap kali sesi pertemuan.
B. Tujuan Penyusunan LPM
Adapun tujuan penyusunan LPM adalah : (a) Agar memudahkan penyuluh dalam penyampaian materi; (b) Agar penyuluhan dapat berjalan lancar sesuai skenario waktu yang telah ditetapkan; (c) Memudahkan dalam melakukan evaluasi baik pre-test maupun post-test; (d) Memudahkan penyuluh dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan penyuluhan; (e) Sebagai salah satu bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
C. Komponen Penyusun LPM
Komponnen yang membentuk sebuah Lembar Persiapan Menyuluh adalah :
1. Skenario Kegiatan
Dalam tulisan ini disebut “skenario kegiatan” karena isinya berisi urut-urutan apa yang akan dilakoni (dilakukan) dan apa yang akan digunakan pada saat penyuluhan. Komponen yang terdapat dalam skenario kegiatan adalah :
a.                   Judul;
b.                  Tujuan instruksional umum (TIU);
c.                   Kriteria audiens;
d.                  Jenis media yang digunakan;
e.                   Metode yang digunakan;
f.                   Alokasi waktu;
g.                  Deskripsi kegiatan;
h.                  Lokasi kegiatan penyuluhan;
i.                    Waktu dan tanggal pelaksanaan;
j.                    Nama fasilitator.
2. Sinopsis Materi
Sinopsis materi penyuluhan adalah ringkasan dari materi penyuluhan yang akan disampaikan dalam pelaksanaan penyuluhan. Sinopsis materi penyuluhan berisi :
a.                   Judul: ditulis dengan menggunakan kalimat singkat dan mudah dipahami yang menggambarkan inti dari materi.
b.                  Bagian awal : bagian ini berisi ringkasan latar belakang masalah “mengapa” sasaran perlu mengetahui materi tersebut.
c.                   Bagian utama : bagian utama berisi ringkasan gambaran isi materi “siapa, apa, mengapa, kapan, dimana, bagaimana” menerapkan atau melaksanakan isi materi tersebut.
d.                  Bagian akhir : bagian ini berisi ringkasan implikasi (disugestikan) materi tersebut.
Tujuan dibuatnya sinopsis materi penyuluhan adalah : (a) Untuk memberikan gambaran tentang masalah yang akan dibahas dan bagaimana memecahkan masalah tersebut; (b) Agar materi dapat disampaikan secara runtut;(c) Bagi orang lain yang berkepentingan membacanya dapat mengetahui inti dari materi yang disampaikan; (d) Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
D. Cara Penyusunan
1. Penyusunan Lembar Persiapan Menyuluh
a.                   Judul materi : ditulis dengan menggunakan kalimat yang singkat dan mudah dipahami yang menggambarkan inti dari materi.
b.                  Tujuan instruksional umum (TIU) : berisi kalimat yang menggambarkan “apa yang harus dikuasai oleh sasaran” dengan disampaikannya materi penyuluhan tersebut. Untuk lebih mudahnya cara menentukan TIU : (1) Tuliskan sasaran, contoh : “Pengurus dan anggota kelompok”. (2) Tuliskan sikap dan prilaku (yang dapat teramati dengan jelas) yang diinginkan, contoh : “dapat menyebutkan dosis pupuk yang digunakan untuk tanaman padi”. (3) Tuliskan kriteria, contoh : “yang sesuai dengan rekomendasi pemupukan berimbang”. (4) Tuliskan tingkat penguasaan, contoh : “dengan benar”.Dengan demikian sebagaimana yang dicontohkan, TIU nya adalah : "Pengurus dan anggota kelompok dapat menyebutkan dosis pupuk yang digunakan untuk tanaman padi yang sesuai dengan rekomendasi pemupukan berimbang dengan benar".
c.                   Kriteria audiens: menuliskan siapa yang akan menjadi sasaran penyuluhan tersebut.
d.                  Jenis media yang digunakan : diisi dengan nama alat dan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan. Dalam menentukan jenis media, perlu mempertimbangkan : (1) Kesesuain media dengan materi, (2) Jumlah sasaran, (3) Tempat pelaksanaan penyuluhan, (4) Ketersediaan perlengkapan.
e.                   Metode yang digunakan : menuliskan cara yang akan digunakan (ceramah, demonstrasi, tanya jawab, anjang sana, dll) dalam menentukan metode hendaknya mempertimbangkan : (1) Karakteristik sasaran, (2) Karakteristik penyuluh, (3) Karakteristik keadaan daerah, (4) Materi penyuluhan pertanian, (5) Sarana dan biaya, (6) Kebijaksanaan pemerintah.
f.                   Alokasi waktu : berisi pembagian waktu untuk tiap bagian dalam kegiatan penyuluhan yang sedang berlangsung, mulai dari pembukaan sampai penutup.
g.                  Deskripsi kegiatan penyuluhan : berisi (1) Kegiatan awal (pembukaan, pengantar materi), (2) Kegiatan inti (penyampaian materi), (3) Kegiatan penutup (tanya jawab dan kesimpulan).
h.                  Lokasi kegiatan : menuliskan dimana kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan, hendaknya dalam menentukan lokasi disesuaikan dengan materi dan metode serta jumlah sasaran.
i.                    Waktu dan tanggal pelaksanaan : dalam menentukan waktu yang tepat perlu mempertimbangkan waktu kerja sasaran, agar sasaran dapat menghadiri pertemuan atau penyuluhan yang akan dilaksanakan.
j.                    Nama fasilitator : nama PPL bersangkutan.
Untuk melihat contoh LPM yang telah jadi silahkan

2. Membuat Sinopsis Materi
Langkah-langkah membuat sinopsis materi penyuluhan dari materi lengkap yang telah dibuat menurut Kementan (2013) adalah:
a.                   Membaca materi dengan seksama dan penuh konsentrasi;
b.                  Menyediakan waktu khusus untuk membaca;
c.                   Membaca dalam kondisi rileks – tanpa tekanan;
d.                  Pahami materi;
e.                   Pikirkan sinopsis yang akan ditulis siapa pembacanya?;
f.                   Tulis sinopsis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca.(1) Bagian awal : bagian ini berisi ringkasan latar belakang masalah “mengapa” sasaran perlu mengetahui materi tersebut. (2) Bagian utama : bagian utama berisi ringkasan gambaran isi materi “siapa, apa, mengapa, kapan, dimana, bagaimana” menerapkan atau melaksanakannya. (3) Bagian akhir : bagian ini berisi ringkasan implikasi (disugestikan) materi tersebut.


Berikut contoh format sinopsis menurut Kementan (2013) 


SINOPSIS
Judul Materi : .....................................
    Awal.......................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................

Utama.....................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................

Akhir......................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................
Tempat dan Tanggal Penyusunan LPM
Penyuluh,
Nama dan Tanda Tangan

III. PENUTUP
“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan”
(Samuel Jhonson-kritikus Inggris)
Walau LPM bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan di pelaksanaan penyuluhan, namun jika kita mampu menyusunnya dengan cermat, maka kita telah berada selangkah didepan dalam melakukan perencanaan pekerjaan yang lebih baik, selanjutnya tentu "BELAJAR DAN BERLATIH PENUH KETEKUNAN DAN KEGIGIHAN YANG DISERTAI DOA" adalah usaha yang dapat kita lakukan untuk melakukan pekerjaan yang hebat.
DAFTAR PUSTAKA
1.                  Dandan H, 2011. Cara Mempersiapkan Kegiatan Penyuluhan Pertanian, diakses pada tanggal 20 Maret 2013,http://bppcijati.blogspot.com/2011_01_02_archive.html
2.                  Kementan, 2013. Materi Penyuluhan, Modul Diklat Penyuluhan Pertanian, STPP Magelang.
3.                  Rahadian, Sinis Munandar, Amrin Zakaria, Lukman Hakim. 2003. Reinjenering Penyuluhan Pertanian, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
4.                  UNAIR, 2012. Tujuan Pembelajaran Kompetensi, diakses pada tanggal 20 Maret 2013, https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:6LWdrgTiqQ4J:aula.unair.ac.id/file.php
5.                  UT, 2010. Strategi Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian, diakses pada tanggal 20 Maret 2013, http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4230/strategi.htm
SUMBER : http://media-pp.blogspot.com/2013/04/lembar-persiapan-menyuluh.html