Jumat, 26 Agustus 2011

THRIPS (Thrips Sp)



Menurut http://anic.ento.csiro.au (2010) Hama Gurem atau Thrips dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum    : Arthropoda
Kelas       : Insecta
Ordo       : Thysanoptera
Famili     : Thripidae
Genus    : Thrips
Spesies  : Thrips sp
Biologi



Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada sub ordini terdapaovipositor  yang  berfungsi untuk  menusuk  dameletakkan telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai dari telur  kemudian  nimfa/thrips  muda  berwarna  putiatau  kuning  baru  setelah  itu menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua  sampai empainstar ( Anonimus,
2009 ).

Thrips dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetatif melaluproses  Phartenogenesis,  misalnya  thrips  yang  mengalami phartenogenesis adalah        Thrips                        tabaci    yang     menyerang              tembakau.            Perkembangbiakan    secara phartenogenesis akan menghasilkan serangga-seranggjantan. Menurut  Kalshoven (1981) bahwa imago  betina Thrips dapameletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur sekitar 7 hari.

Telur

Telur  dari hama  ini berbentuk  oval atabahkamiriseperti ginjal pada manusia, imago betina akan memasukkka n telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang besar,dengan rata-rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur  ini akan menetas sekitar 3 atau
7 hari setelah pelatakan oleh imago betina( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).

Bila kondisi menguntungkan dan makanan cukup tersedia, maka seekor trips betina mampu meletakkan telur 200–250 butir. Telur berukuran sangat kecil, biasanya diletakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah.




Telur serta nimfa yang baru menetas

 
Nimfa



Thrips muda atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. sayap baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari ( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).
Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.
Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan jerami di bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti





Imago



Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap  yang  ukurannya  relatif panjang  dan  sempit,  imago  ini  tubuhnya  berwarna kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina  dapat  bertelur  sampai  80  butir  yang  diletakkannya  ke  dalam  jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam.( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).

Pada Imago, panjang sayap melebihi panjang perutnya. Ukuran trips betina 0,7–0,9
mm, trips jantan lebih pendek. Dalam satu tahun terdapat 8–12 generasi. Pada musim kemarau,
perkembangan telur sampai dewasa 13–15 hari dan stadium dewasa berkisar 15–20 hari. bila suhu di sekitar tanaman meningkat, maka trips akan berkembang sangat
cepat.

Siklus  hidup  hama  Thrips    menyerang  tanaman  Cabai




Gejala Serangan



Pada  permukaadauakaterdapat  bercak-bercak  yang  berwarna  putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga serta buah cabai yang masih muda ( Setiadi, 2004 ).

Tanaman cabai yang pertumbuhannya lemah sering sekali mendapat serangan, hal ini dikarenakan ketebalan epidermisnya yang kurang atau tidak normal. Maka akan terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga pembentukan bunga dan buah akan terhambat.








Seperti yang dijelaskan diatas bahwa hama Thrips ini sudah menyerang tanaman cabai dimulai saat nimfa sampai kepada imago. Artinya begitu telur menetas menjadi nimfa maka akan langsung menghisap cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak jauh lebih lambat daripada imago, hal ini penting untuk membedakan antara imago  dengan nimfa, Kotoran hama ini yanberbentuseperti tetes hitam dapat menutupjaringadaun  yang  diserangnya  sehingga  daun  berubah  menjadi  hitam ( Setiadi, 2004 )

Thrips bersifat polifag. Selain cabai, tanaman inang utamanya adalah bawang merah,  bawang  daun,  tomat,  tembakau,  kentang,  dan  tanaman  kacang-kacangan ( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).  


PENGENDALIAN
Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat.
Dalam hal ini pengendalian hama thrips, dapat dilakukan dengan menempuh cara sebagai berikut :

1. Secara kultur teknis, dengan mempraktekkan penyiapan bedengan bermulsa plastik hitam perak, mengatur pergiliran (rotasi) tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu tanam yang baik (tepat).
 
2. Secara biologi (hayati) dengan memanfaatkan musuh – musuh alami hama thrips, yaitu kumbang Coccinellidae, tungau predator, kepik Anthocoridae, dan kumbang Staphulinidae.
      menggunakan Jamur parasit.
a. Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin

Jamur B. bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang- benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya (Anonimus, 2008).
Jamur beauveria bassiana merupakan spesies jamur yang sering digunakan untuk mengendalikan serangga. B. bassiana diaplikasikan dalam bentuk konidia yang dapat menginfeksi serangga melelui kulit kutikula, mulut dan ruas-ruas yang terdapat pada tubuh serangga.  Jamur  ini ternyata  memiliki spektrum yang  luas dan dapat mengendalikan banyak spesies serangga sebagai hama tanaman. Hasil penelitian menunjukkan, B. bassiana efekt if untuk mengendalikan semut api, aphid, dan ulat grayak (Dinata, 2006).
 
b. Metarhizium anisopliae var anisopliae

Jamur M. anisopliae ini pertama kali ditemukan oleh Metschikoff pada tahun

1879,  jamur  ini  bersifat  parasitik  terhadap  serangga  termasuk  kumbang  kelapa

(Jumar, 2000).

Jamur ini biasanya disebut Green Muscardine Fungus dan tersebar diseluruh dunia. Jamur ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu digunakan dibeberapa Negara termasuk Indonesia (Tanada dan Kaya, 1993).


3.   Memasang perangkap perekat hama, misalnya dengan menggunakan Insect Adhesif Trap Paper (IATP) berwarna kuning.
 
4.   Monitoring hama untuk menentukan Ambang Kendali. Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman mencapai 15 %, perlu dilakukan penyemprotan insektisida.
 
 5.     Secara kimawi, dengan penyemprotan insektisida secara selektif, misalnya Mesurol 50 WP, Pegasusu 500 SC atau Perfekthion 400 EC, Agrimec 18 EC, Confidor 200 SL, Curacron 500EC, , pada waktu sore hari.